Menurut dia, banjir di wilayah timur ini menjadi fenomena tahunan setiap musim penghujan. “Kami akan cari tahu mulai tahun ini, kami selesaikan yang menjadi jangkauan pemkot. Yang jangkauan provinsi atau pusat, kami komunikasi. Sebagian teman-teman menteri tokohnya dari Jateng. Saya yakin Semarang sebagai ibu kota provinsi dapat perhatian khusus,” jelasnya.
Ia mengakui, penanganan banjir memang tidak bisa parsial. Tidak hanya ketersediaan pompa dan kapasitasnya saja yang di perlukan melainkan juga saluran harus berfungsi dengan baik.
Pihaknya akan melakukan penaganan sejumlah saluran di wilayah yang menjadi langgangan banjir.
Harapan Warga
Sementara itu, warga Gebangsari, Dwi Pur mengatakan, banjir di wilayahnya terjadi sejak Sabtu lalu. Ketinggian di atas mata kaki. Meski tidak sampai masuk rumahnya, banjir membuat dirinya susah beraktivitas.
“Jalannya susah, kalau mau keluar susah. Dari Tlogosari banjir, Muktiharjo banjir, Sultan Agung juga banjir,” sebutnya.
Warga lainnya, Ali mengatakan, banjir menggenang hingga masuk ke rumahnya. Dia berharap, ada upaya dari pemerintah agar tidak lagi terjadi banjir. Pada 2025 ini, banjir telah terjadi tiga kali sejak awal tahun.
“Ini banjir yang ketiga kali pada tahun ini. Setiap tahun banjir,” ucapnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah
Respon (1)