RVM sendiri merupakan inovasi Pertamina dalam mendukung ekonomi sirkular dan pengelolaan sampah plastik. Melalui mesin ini, masyarakat diajak memilah dan menukar botol plastik yang bisa didaur ulang menjadi produk bernilai ekonomi.
Dari Sampah Botol Jadi Harapan Baru
Area Manager Communication, Relation, and CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan, mengatakan bahwa inovasi RVM merupakan bagian dari gerakan Pertamina mengajak masyarakat berkontribusi langsung dalam menjaga lingkungan.
“Inisiatif ini bukan sekadar mengelola limbah, tapi membangun ekonomi hijau yang inklusif,” ujarnya.
Selain RVM, Pertamina juga meluncurkan program U-Collect yang fokus pada pengumpulan minyak jelantah. Minyak bekas itu kemudian diolah menjadi bahan bakar avtur berkelanjutan, atau Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF), di Kilang Pertamina Internasional Cilacap, satu-satunya fasilitas pengolahan SAF di Indonesia.
Sementara itu, botol plastik yang dikumpulkan melalui RVM telah memberikan dampak nyata bagi lingkungan.
Berdasarkan data hingga 25 September 2025, RVM di SPBU Akpol Jalan Sisingamangaraja Semarang telah mengumpulkan 726 kilogram plastik, setara dengan 38.838 botol.
Sebanyak 458 warga terlibat aktif dengan total 2.100 transaksi. Hasilnya, jejak karbon berhasil dikurangi hingga 3,8 juta gram, serta mencegah penumpukan sampah di area seluas lebih dari 600 meter persegi.
Menurut Taufiq, program RVM dan U-Collect menjadi langkah konkret Pertamina dalam mendukung target net zero emission (NZE) 2060. Namun, upaya ini tak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat. Karena itu, Pertamina menggandeng berbagai pihak seperti PKK Kota Semarang, karang taruna, dan komunitas peduli lingkungan untuk turut serta dalam gerakan ini.
“Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Kami ingin membangun budaya baru—bahwa gaya hidup ramah lingkungan bisa dimulai dari hal sederhana, seperti menukar botol atau mengumpulkan minyak jelantah,” tegasnya.
Inovasi RVM bukan hanya memberikan solusi pengelolaan sampah, tapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap limbah plastik. Kini, botol bekas bukan lagi sekadar sampah, melainkan sumber nilai ekonomi dan kebanggaan karena turut menyelamatkan bumi.
Bagi warga seperti Joko dan Monika, mesin itu bukan sekadar alat tukar, tetapi simbol harapan bahwa setiap botol plastik yang dikumpulkan berarti satu langkah kecil menuju masa depan yang lebih bersih. (*)
Editor: Elly Amaliyah







