SEMARANG, beritajateng.tv – Penetapan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo sebagai Pahlawan Nasional menimbulkan kegelisahan di kalangan sejarawan.
Diketahui, Sarwo Edhie Wibowo telah diusulkan menerima gelar pahlawan sejak tahun 2013, khususnya oleh masyarakat dan pemerintah daerah Purworejo, Jawa Tengah. Namun, Sarwo Edhie baru mendapat gelar pahlawan nasional pada era pemerintahan Prabowo Subianto.
Sejarawan asal Semarang, Joseph Army Sadhyoko, menilai Komandan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) 1965-1967 tersebut meninggalkan jejak hitam dalam sejarah Indonesia.
BACA JUGA: Guru Sejarah Khawatir soal Soeharto jadi Pahlawan Nasional: Harus Objektif Sampaikan Hitam-Putihnya
Joseph mempertanyakan alasan pengangkatan Sarwo Edhie, yang menurutnya jelas meninggalkan jejak hitam. Mulai dari dugaan keterlibatan dalam pembunuhan sekitar tiga juta orang yang dituduh komunis pasca-G30S, hingga rekam jejaknya saat menjabat sebagai Pangdam Cenderawasih di Irian Barat.
Hal itu ia ungkap saat membahas polemik penetapan Presiden RI ke-2 Soeharto kepada beritajateng.tv melalui panggilan WhatsApp, Senin, 17 November 2025.
“Kita belum bicara soal Sarwo Edhie, itu lebih parah lagi. Prestasi membunuh 3 juta manusia Indonesia yang dugaannya bagian dari komunisme, sekaligus dia memanipulasi sebagai Pangdam Cendrawasih ketika berperang di tanah Irian Barat, itu juga menjadi pertanyaan,” ungkap Joseph.
Jejak hitam Sarwo Edhie buat SBY tak wakili penerimaan gelar Pahlawan Nasional
Dalam hematnya, jejak hitam yang Sarwo Edhie tinggalkan itu membuat menantunya, Presiden ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tak mewakili penerimaan gelar Pahlawan Nasional pekan lalu.
“Yang jadi persoalan Pak Sarwo Edhie sebenernya, bukan Pak Harto. Pak Harto masih bisa teredam ya isunya, tapi kalau menurut saya, Sarwo Edhi yang tidak lepas dari kacamata kita. Ini juga berbahaya. Orang membunuh sesamanya kemudian pemerintah angkat sebagai pahlawan,” tuturnya.
Joseph yang sebelumnya menempuh pendidikan di Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro (Undip) itu pun menceritakan bagaimana sosok Sarwo Edhie dalam kaca mata sejarawan di lingkungan akademik.
BACA JUGA: Soeharto Resmi Pahlawan Nasional, Hersubeno Arief: Bisa Hormati Jasanya, Jangan Lupa Sisi Gelapnya
“Bukan berarti kemudian saya mendiskreditkan beliau, tapi dalam pendidikan ketika di kampus saya, di Ilmu Sejarah Undip, terkait dengan Sarwo Edhie benar-benar hitam sekali. Dosen saya menyampaikan bahwa enggak layak,” ucap dia.













