“Bayangkan, dia menyebut 4.711 kasus keracunan itu hanya sebagai jumlah porsi makanan. Padahal itu nyawa manusia, bukan sekadar angka statistik,” kata Hersubeno.
Data BGN per 22 September mencatat 4.711 korban di tiga wilayah, tetapi Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia melaporkan jumlah jauh lebih tinggi, mencapai 6.452 kasus.
Angka terbesar berasal dari Jawa Barat dengan lebih dari 2.000 siswa terdampak. Hersubeno mengungkap fakta lain yang mengejutkan.
BACA JUGA: Empat Ratus Siswa di Jateng Keracunan MBG Selama 2025, Sekda Minta SPPG Evaluasi Distribusi Makanan
“Dari 8.583 dapur MBG, baru 34 dapur yang punya sertifikat higien dan sanitasi. Tidak heran kalau keracunan massal ini muncul di berbagai daerah,” ujarnya.
Program MBG sejatinya bertujuan mulia, yakni memperbaiki gizi anak-anak Indonesia. Namun realitas di lapangan justru memperlihatkan lemahnya pengawasan.
“Anggaran MBG tahun depan mencapai Rp35 triliun. Kalau pelaksanaan kacau begini, uang sebesar itu justru membawa bencana, bukan solusi,” tandasnya. (*)