SEMARANG, beritajateng.tv – Bertahun-tahun terdampak luapan air sungai Panjang, warga Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, menginginkan penanganan sedimentasi sungai di lingkungan mereka tersebut.
Kepada para pemangku kepentingan, warga mengaku Desa Bejalen merupakan kawasan hilir dari sungai Panjang yang bermuara langsung di danau Rawapening, di Kecamatan Ambarawa.
Namun, sedimentasi sungai Panjang yang berada di lingkungan Desa Bejalen selama ini belum tersentuh oleh penanganan. Dalam hal ini, oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana.
“Bertahun-tahun kami ini selalu diliputi rasa was-was, terutama pada saat musim hujan,” kata Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bejalen, Rahmat Kristianto Adi, Minggu, 9 November 2025.
Saat kawasan hulu sungai Panjang di wilayah Kecamatan Bandungan hujan lebat, jelasnya, air sungai Panjang sering meluap. Sebab, sedimentasinya sudah semakin parah.
BACA JUGA: Warga Ngeluh Kualitas Air, DLH Kabupaten Semarang Segera Petakan Sumber Pencemaran Sungai Bade
“Sedimentasi membuat badan sungai Panjang tidak optimal dalam menampung lonjakan debit air yang meningkat tajam,” tambah Rahmat yang juga Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Kampoeng Rawa ini.
Guna mengantisipasi luapan air sungai Panjang, masih kata Rahmat, di sepanjang aliran sungai yang membelah kawasan pemukiman, warga menambah ketinggian tanggul hingga 50 sentimeter secara swadaya.
“Secara bertahap, kami meninggikan tanggul sendiri dengan menyisihkan sedikit anggaran dari Dana Desa. Sehingga saat elevasi air sungai Panjang meningkat, tidak meluap ke permukiman,” jelasnya.
Rahmat juga mengatakan, problem sungai Panjang yang warga Bejalen hadapi tidak hanya persoalan sedimentasi, tetapi juga sampah yang terbawa arus dari kawasan hulu.
Warga Bejalen Ambarawa khawatir tanggul sungai Panjang jebol
Pada saat curah hujan cukup tinggi, kawasan hilir dan muara sungai panjang di Desa Bejalen juga selalu penuh oleh sampah yang bukan dari Desa Bejalen. Sebab, pengelolaan sampah di desanya yakni oleh BUMDes.
“Bahkan saat musim hujan seperti sekarang, kami sering mendapat ‘kiriman’. Berupa kasur rusak, sofa rusak, dan sebagainya yang terbawa arus sungai dari bagian hulu,” tegasnya.













