Saat ini, lanjut Rahmat, yang turut menjadi kekhawatiran warga adalah ancaman jebolnya tanggul sungai Panjang di kawasan persawahan menuju muara. Saat ini bagian tanggul sudah banyak yang tergerus.
Apabila tanggul tersebut jebol, maka ratusan hektare lahan tanaman padi berpotensi tenggelam dan akan menjadi ancaman besar bagi sosial ekonomi warga di desanya dan persoalan akan semakin kompleks.
Akibat sedimentasi yang tidak tertangani, bukan hanya akan mengancam warga Bejalen yang selama ini menjadi nelayan dan petani. “Keberlanjutan ekosistem di danau Rawapening juga akan menjadi ancaman sangat serius,” tegas Rahmat.
BACA JUGA: Warga Bawen Keluhkan Sungai Gede Tercemar, DPRD Kabupaten Semarang Desak DLH Bertindak Cepat
Terkait hal ini, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, menyebut akan merespons permasalahan yang warga Desa Bejalen hadapi bersama dengan instansi terkait.
Pasalnya, penanganan permasalahan sungai sudah ada instansi yang memiliki kewenangan, dalam hal ini BBWS Pemali-Juana, yang langsung berada di bawah Kementerian PUPR.
Bupati akan mendorong agar permasalahan sedimentasi sungai Panjang di Desa Bejalen perlu segera disikapi. Menurutnya, solusinya perlu duduk bersama antara pihak-pihak terkait, termasuk masyarakat.
Selain perbaikan daya dukung lingkungan kawasan DAS sungai Panjang di bagian hulu, budaya menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir juga perlu penyikapan serius.
Dalam beberapa kesempatan, Bupati mengaku selalu menekankan agar masyarakat tidak membuang sampah di aliran sungai. “Harus perlakukan sampah semestinya agar tidak menjadi ancaman,” tegasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













