SEMARANG, beritajateng.tv – Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang terpaksa harus berhemat dalam penggunaan energi listrik di lingkup kantornya. Hal ini sebagai respon terhadap kebijakan efisiensi anggaran yang Presiden RI Prabowo Subianto terapkan di tahun 2025, yang berdampak pada 11 kementerian atau lembaga.
Kepala Kemenag Kota Semarang, Muhtasit, mengungkapkan bahwa meski belum ada kejelasan mengenai besaran pemotongan anggaran. Pihaknya sudah mulai mengurangi penggunaan listrik di beberapa area ruangan kantor.
Tak hanya itu, alat elektronik dengan daya yang cukup besar juga terpaksa harus dimatikan untuk menghemat biaya listrik.
BACA JUGA: Soal Efisiensi Anggaran, Dewan Minta Penanganan Banjir dan Jalan Rusak di Semarang Tak Berkurang
“Sekarang ini kita mulai hemat dengan mengurangi penggunaan listrik di area lorong kantor. Kemudian, ruangan kantor saya kalau ada dua AC, saya matikan satu saja. Saya konsisten terhadap penghematan itu,” ujarnya pada Selasa, 11 Februari 2025.
Selain efisiensi listrik, Kemenag Kota Semarang memanfaatkan teknologi seperti Zoom dan grup WhatsApp untuk rapat internal. Menurutnya, hal ini sangat praktis karena data internet di bebankan oleh masing-masing individu.
“Terlebih lagi untuk Kemenag kab/kota misalnya untuk anggaran KUA sebesar Rp 36 juta. Kalau untuk membayar dua karyawan totalnya Rp 18 juta per tahun. Sisanya ya untuk membayar listrik, air, dan beli peralatan lainnya. Kecil sekali,” jelasnya.
Muhtasit menganalogikan kondisi ini dengan penggunaan listrik 450 watt untuk satu kamar yang tetap harus berhemat. “Ibaratnya, kalau kita sudah pakai listrik untuk satu kamar 450 watt. Namun, hal itu tetap diminta melakukan penghematan lebih masif,” kata dia.
“Tapi karena itu arahan pimpinan pemerintah pusat maka harus taat. Jadi listrik itu kita matikan saat siang hari, kita akan melakukan penyesuaian penghematan,” ujarnya
Penghematan ini berlaku juga pada sejumlah kegiatan, seperti perjalanan dinas antar dan dalam kota, juga anggaran rapat koordinasi yang mengalami pemangkasan biaya signifikan.