SEMARANG, beritajateng.tv – Ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) Demak bersiap menggelar aksi kemanusiaan besar-besaran menyusul makin parahnya banjir rob yang melumpuhkan wilayah Sayung, Demak.
Kekecewaan terhadap lambannya respons pemerintah mendorong warga NU merencanakan doa bersama di tengah jalan raya Pantura Semarang-Demak.
Pengurus Cabang NU (PCNU) Demak, Mustain, menyampaikan rencana aksi tersebut dalam rapat koordinasi di Kecamatan Sayung.
Ia menjelaskan, aksi jalan kaki bakalan berlangsung mulai exit Tol Sayung menuju Desa Sriwulan sejauh satu kilometer. Di lokasi terparah banjir, massa bakal menggelar istighosah sebagai bentuk seruan moral dan spiritual.
BACA JUGA: Tangani Banjir Rob Sayung Demak, Pemprov Jateng Keruk Sedimentasi Sungai Dombo
“Aksi ini bukan sekadar protes, tapi panggilan nurani. Kami ingin pemerintah benar-benar hadir,” ujar Mustain, belum lama ini.
Wakil Ketua PCNU Demak, Abdullah Zaini, menambahkan, banjir rob di Sayung sudah lebih dari sepekan tidak surut.
Kondisi itu ditengarai akibat aktivitas proyek Tol Laut Semarang-Demak yang memicu penurunan permukaan tanah. Warga merasa semakin terpinggirkan karena tidak ada penanganan nyata dari pemerintah.
“Setiap hari warga harus hadapi air pasang dan kemacetan parah. Kehidupan ekonomi lumpuh total,” tegas Abdullah Zaini.
BACA JUGA: Atasi Banjir Rob di Sayung, Pemprov Jateng Kerahkan Pompa dan Kapal Sekolah
Aksi bertajuk “Kemanusiaan Peduli Rob” tersebut akan berlangsung pada Minggu, 15 Juni 2025 sekitar pukul 13.00. Sekitar seratus ribu warga NU pun ditargetkan hadir.
Bila aksi tetap berjalan tanpa solusi dari pemerintah, khawatirnya jalur nasional Semarang-Demak akan lumpuh total. Jalur tersebut selama ini menjadi urat nadi transportasi darat dari Jakarta hingga Surabaya.
Massa NU menegaskan, aksi mereka tidak bermaksud konfrontatif. Namun jika suara rakyat terus terabaikan, maka doa di jalan menjadi simbol perlawanan damai.
Warga menuntut keadilan dan langkah nyata dari negara untuk lindungi wilayah pesisir Demak yang makin terancam tenggelam. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi