SEMARANG, beritajateng.tv – Fenomena “Rojali” (Rombongan Jarang Beli) dan “Rohana” (Rombongan Hanya Nanya-nanya) sedang ramai di media sosial.
Dalam sejumlah unggahan, masyarakat tampak ramai mengunjungi pusat perbelanjaan atau mal, namun hanya untuk melihat-lihat, bertanya, hingga nongkrong tanpa melakukan transaksi belanja besar.
Benarkah fenomena ini pertanda daya beli masyarakat melemah?
Menurut MG Westri Kekalih Susilowati, Pengamat Ekonomi dari Soegijapranata Catholic University (SCU), anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar.
“Fenomena Rojali dan Rohana tidak serta-merta jadi indikator daya beli menurun. Daya beli itu ditentukan oleh pendapatan per kapita dan kemampuan mengimbangi inflasi. Saat ini inflasi kita relatif terkendali di angka 2,34 persen secara tahunan (year on year),” jelas Westri kepada beritajateng.tv melalui WhatsApp pada Kamis, 8 Agustus 2025.
BACA JUGA: Tren “Rojali” Marak Terjadi di Mal, BPS Jateng: Daya Beli Warga Ada, Tapi Melambat
Viral Rojali dan Rohana: ada pergeseran gaya hidup masyarakat khususnya anak muda
Westri menyebut, kunjungan ke mal kini lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya generasi muda.
“Tujuan ke mal sekarang bukan cuma belanja. Banyak orang ke mal untuk kulineran, reuni tipis-tipis, nonton film, bahkan sekadar nongkrong di coffee shop sambil kerja atau tugas,” terangnya.
Menurutnya, kehadiran fasilitas seperti Wi-Fi gratis, bioskop, hingga tempat makan kekinian justru menjadi daya tarik utama pusat perbelanjaan saat ini.
Menariknya, Westri mengungkapkan bahwa banyak masyarakat memanfaatkan mal sebagai tempat survei sebelum belanja online.