Jateng

Perceraian Akibat Judi Online Meningkat di Semarang, Psikolog: Itu Bom Waktu Keluarga

×

Perceraian Akibat Judi Online Meningkat di Semarang, Psikolog: Itu Bom Waktu Keluarga

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi perceraian. (Pexels/Pixabay)
Ilustrasi perceraian. (Pexels/Pixabay)

SEMARANG, beritajateng.tv – Maraknya judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol) kini tak hanya menggerus ekonomi keluarga, tapi juga meninggalkan luka psikologis yang berujung perceraian.

Data Pengadilan Agama (PA) Semarang mencatat, sepanjang semester pertama 2025 ada 1.442 perkara perceraian, mayoritas diajukan pihak istri. Angka perceraian tersebut meningkat dibanding periode yang sama tahun 2024.

Menanggapi hal tersebut, Psikolog Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si. menegaskan bahwa kecanduan judi online tidak sekadar masalah finansial, melainkan juga memutus komunikasi dan mengikis rasa percaya dalam keluarga.

“Judi online itu candu. Awalnya menyenangkan karena menang, tapi lama-lama habis. Uang keluarga terkuras, kewajiban rumah tangga terbengkalai. Suami sibuk dengan gawainya, istri merasa diabaikan, komunikasi tersumbat, akhirnya perceraian jadi pilihan,” ungkapnya saat beritajateng.tv hubungi pada Sabtu, 6 September 2025.

Trauma dan Beban Psikis Istri

Menurut Probowatie, banyak istri mengalami trauma akibat perilaku suami yang kecanduan judi online. Bukan hanya kehilangan materi, tetapi juga menghadapi tekanan emosional dan kekerasan verbal maupun fisik.

“Kadang ketika uang habis, suami bisa menekan bahkan memaksa istri menyerahkan perhiasannya. Jika ada penolakan, bisa berujung pada KDRT. Situasi ini membuat istri merasa tidak aman secara psikis,” jelasnya.

BACA JUGA: Nyesek! Rossa Bongkar Kisah Perceraiannya dari Yoyo Padi, Nangis di Tengah Konser

Situasi semakin berat ketika para istri kemudian terjebak pinjaman online (pinjol) untuk menutup kebutuhan harian. Lingkaran masalah ini, kata Probowatie, menambah beban mental yang akhirnya mendorong mereka mengajukan gugatan cerai.

Solusi: Kesadaran dan Komunikasi Terbuka

Probowatie menegaskan bahwa solusi utama bukan semata-mata perceraian, melainkan kesadaran pribadi dari pelaku judi online untuk berhenti.

Namun, ia mengakui kesadaran ini sulit tumbuh tanpa pengalaman “tamparan keras” seperti terjerat hukum, kehilangan harta, atau melihat keluarga hancur.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan