SEMARANG, beritajateng.tv – Pemerhati sejarah Kota Semarang, Mozes Christian Budiono, mengungkapkan bahwa meletusnya Pertempuran 5 Hari di Semarang pada Oktober 1945 tidak semata-mata disebabkan oleh satu faktor tunggal.
Ia menjelaskan bahwa konflik itu lahir dari beberapa hal. Yakni situasi politik yang rumit, kekosongan kekuasaan pasca-Proklamasi, serta persoalan perebutan senjata antara pemuda Indonesia dan pasukan Jepang.
Menurut Mozes, saat itu Indonesia baru saja merdeka dan kabar tentang rencana kembalinya NICA (pemerintahan Hindia-Belanda) menimbulkan keresahan di kalangan pemuda. Mereka kemudian berupaya memperoleh senjata dari tangan Jepang untuk mempertahankan kemerdekaan.
“Di Semarang sendiri penyerahan senjata terjadi pada 4, 5, dan 12 Oktober 1945. Namun setelah ada perintah dari Markas Besar di Jakarta agar senjata tidak lagi diserahkan kepada pemuda, ketegangan pun meningkat,” jelas Mozes saat beritajateng.tv temui di Rumah Pohan Kota Lama pada Senin, 13 Oktober 2025.
Jepang Menolak Serahkan Senjata
Mozes menjelaskan bahwa penolakan Jepang menyerahkan senjata bukan tanpa alasan. Mayor Kido, salah satu pimpinan militer Jepang di Semarang, memiliki semangat Bushido yang tinggi dan menganggap setiap senjata adalah simbol kekuasaan Jepang. Selain itu, pada masa itu pasukan Jepang masih memiliki mandat dari Sekutu untuk menjaga ketertiban hingga pasukan Sekutu tiba di Indonesia.
“Mayor Kido merasa bertanggung jawab menjaga wilayahnya sampai Sekutu datang. Karena itu, ia menolak menyerahkan senjata yang dianggap masih berada di bawah kewenangannya,” ujar Mozes.
BACA JUGA: Hindari Macet! Ini Rekayasa Lalu Lintas dan Lokasi Parkir Saat Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang
Ketegangan mencapai puncak ketika pemuda-pemuda dari berbagai daerah berkumpul dalam Konferensi Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) se-Jawa Tengah pada 13 Oktober 1945. Meskipun awalnya bukan membahas soal senjata, pertemuan itu berujung pada keputusan untuk mengambil alih Kota Semarang setelah Jepang tetap menolak menyerahkan senjata mereka.
Pertempuran akhirnya meletus pada 15 Oktober 1945 dini hari, sekitar pukul 03.30 WIB. Pasukan Jepang melancarkan serangan dari dua arah, yakni ke barat menuju Tugu Muda, dan ke timur ke arah Mataram. Menurut Mozes, pertempuran paling sengit terjadi di sekitar Tugu Muda dan Pasar Johar.