Jateng

Kisah Tambakrejo Semarang, Dari Kampung Tambak Tergerus Abrasi Menjadi Desa Mangrove Mandiri

×

Kisah Tambakrejo Semarang, Dari Kampung Tambak Tergerus Abrasi Menjadi Desa Mangrove Mandiri

Sebarkan artikel ini
bibit mangrove
Warga saat mengecek bibit mangrove yang ada di pesisir pantai. Sabtu, 18 Oktober 2025. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Kampung Tambakrejo, yang terletak di bibir pantai utara Kota Semarang, dulunya adalah kawasan tambak yang makmur dan tenang. Kini, suasana kampung pesisir ini berubah menjadi simbol kebangkitan masyarakat dalam menghadapi abrasi laut melalui gerakan pelestarian mangrove.

Juraimi, Ketua Kelompok Peduli Lingkungan (KPL) Camar (Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun) menceritakan bahwa nama “Tambakrejo” sendiri memiliki makna sejarah.

“Tambak itu tempat membudidaya ikan dan udang, sedangkan Rejo berarti hasilnya melimpah. Dulu semuanya tambak, kehidupan masyarakat bergantung dari sana,” ujarnya saat beritajateng.tv temui pada Sabtu, 18 Oktober 2025.

Namun, kejayaan itu sempat memudar. Warga di masa lalu menganggap mangrove sebagai “benalu” yang mengganggu hasil tambak. Akar tunjang pohon mangrove dianggap menghambat panen karena menjadi tempat ikan bersembunyi. Akibatnya, banyak pohon mangrove ditebang habis.

“Nenek moyang kami belum tahu manfaat mangrove. Mereka menebangnya tanpa sadar kalau itu justru pelindung tambak. Akhirnya tanggul-tanggul rusak, abrasi datang, tambak banyak yang hilang,” kenang Juraimi.

Bangkit Bersama dari Abrasi

Kebangkitan Tambakrejo dimulai pada tahun 2011. Dari sinilah muncul kelompok KPL Camar, yang menjadi garda terdepan pelestarian lingkungan di kawasan itu.

“Kami ingin mengembalikan desa kami seperti dulu, walau baru 75 persen terwujud. Tapi itu sudah cukup membuat kami sadar bahwa alam harus dijaga,” kata Juraimi.

BACA JUGA: Catat Rekor Muri, Penanaman Jutaan Bibit Mangrove oleh Pemprov Jateng Terbanyak dalam Satu Waktu

Hingga kini, kolaborasi antara masyarakat dan beberapa mitra perusahaan dan organisasi lingkungan mengubah wajah Tambakrejo. Warga mulai menanam ribuan bibit mangrove, membuat jalur wisata edukasi pesisir, dan menghidupkan kembali ekonomi lokal melalui hasil olahan mangrove.

Kini, di sepanjang tepi pantai, deretan mangrove hijau berdiri kokoh menahan ombak. Di pinggirnya terdapat perahu nelayan kecil bersandar tenang di muara.

Suasana Kampung yang Kembali Hidup

Berjalan di Tambakrejo hari ini, pengunjung akan merasakan aroma khas laut dan semangat gotong royong warganya. Terdapat beberapa warga yang baru saja kembali dari mencari ikan. Ada juga nelayan yang sedang memperbaiki perahu miliknya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan