SEMARANG, beritajateng.tv – Kasus “Skandal SMANSE” oleh tersangka Chiko Radyatama Agung Putra (CRA) yang menggunakan kecerdasan buatan atau AI untuk membuat konten deepfake wajah teman dan gurunya jadi sorotan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria.
Nezar menilai, kasus ini bukan sekadar pelanggaran individual, namun cerminan tantangan global dalam penggunaan AI yang kian bebas tanpa etika.
“Ini bukan problem lokal saja tapi sudah berlangsung di tingkat global terkait penggunaan generative AI untuk membuat konten deepfake seperti ini,” ujar Nezar usai menghadiri Digital Talent War 2025 di Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang, Kamis, 13 November 2025.
Menurut Nezar, teknologi AI seharusnya dikembangkan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Ia menyebut, industri teknologi kini tengah merancang sistem content authentication atau penanda digital yang bisa melacak apakah suatu konten dibuat oleh AI.
“Setiap produk AI harus transparan dan akuntabel. Harus ada metadata atau watermark yang menyatakan bahwa konten tersebut buatan AI,” tegasnya.
BACA JUGA: Penyidik Panggil Tersangka Chiko ‘Skandal SMANSE’: Kalau WNI yang Baik, Dia Datang Hari Ini
Ia menilai mekanisme itu penting untuk mencegah penyalahgunaan sekaligus memudahkan penegakan hukum. Lebih jauh, Nezar menyebut literasi digital menjadi tameng utama bagi masyarakat agar tidak mudah terjebak atau malah ikut jadi pelaku kejahatan digital.
“Kalau konten itu melanggar hukum, metadata bisa membantu proses pelacakan. Literasi penggunaan AI harus digencarkan. Pengembang dan platform AI wajib meliterasi para penggunanya agar mereka tidak menjadi korban atau pelaku,” ucapnya.
Ia juga menekankan pentingnya community guidelines di berbagai platform digital, agar ruang interaksi daring tetap aman dan edukatif.
“AI harus dimanfaatkan untuk kebaikan bersama, bukan untuk merugikan orang lain. Etika digital dan kesadaran pengguna menjadi kunci utama,” tambahnya.
Wamen Nezar Patria: AI di ruang kuliah bantu berpikir, bukan menggantikan nalar manusia
Nezar juga menyoroti fenomena lain, yakni meningkatnya ketergantungan mahasiswa pada AI untuk mengerjakan tugas kuliah. Menurut alumni Filsafat UGM itu, penggunaan AI tanpa panduan etis dapat mengikis daya pikir kritis generasi muda.













