SEMARANG, beritajateng.tv – Modus baru rekrutmen terorisme kini menyasar anak-anak dan remaja melalui game online serta media sosial.
Temuan itu keluar setelah BNPT memeriksa pengungkapan besar oleh Densus 88 Antiteror terkait keterlibatan 110 anak berusia 10 hingga 18 tahun dalam jaringan ekstrem.
Kepala BNPT, Komjen Eddy Hartono, menjelaskan bahwa jaringan Jamaah Ansharut Daulah menjalankan strategi terarah untuk menjangkau calon anggota muda.
Ia menegaskan bahwa pola komunikasi digital menjadi pintu masuk utama perekrut. “Jaringan itu memakai game online serta YouTube untuk mendekati anak-anak,” ujar Eddy saat memberikan paparan di Hotel Sultan, Jakarta Pusat.
Ia juga menambahkan bahwa perekrut memanfaatkan fitur percakapan dalam permainan digital untuk membangun hubungan personal.
BACA JUGA: Maraknya Artis di DPR, Pengamat Soroti Rekrutmen Parpol, Politik Uang, dan Biaya Pemilu
Fitur seperti private chat dan voice chat membuka ruang komunikasi tertutup yang lebih intensif. “Mereka memanfaatkan percakapan pribadi sebagai jalur rekrutmen terorisme,” ungkap Eddy.
Selain itu, ia menjelaskan pola kedua yang memanfaatkan platform seperti TikTok. Konten berisi simbol tertentu didorong kepada target yang menunjukkan kesamaan pandangan.
Setelah itu, para remaja diarahkan menuju grup tertutup di Telegram atau WhatsApp. “Di ruang tertutup itu, mereka mulai melalui tahapan doktrin. Dalam psikologi, itu disebut normalisasi perilaku,” jelas Eddy.








