SEMARANG, beritajateng.tv – Politisasi agama kerap menjadi kekhawatiran jelang Pemilu. Habib asal Pati, Jateng sekaligus penggagas ‘Ngaji NgAllah Suluk Maleman’’, Anis Sholeh Ba’asyin membenarkan bahwa agama tak akan pernah bisa lepas dari persoalan politik.
“Sebelum itu kita clear-kan dulu asumsi-asumsi dasarnya. Menurut saya agama dan politik itu acap dipakai. Bahkan di AS itu sampai sekarang, seperti Partai Demokrat itu basisnya kalau kampanye itu pakai agama. Gereja itu diaktifkan betul. Basisnya yang besar mereka manfaatkan, karena itu suara pasti mayoritas kaum agama, gereja-gereja itu,” terang Anis kepada beritajateng.tv melalui sambungan telepon, Minggu 30 Juli 2023.
BACA JUGA: Politik Identitas Rawan saat Pemilu, Kemenag Jateng Beri Pesan Ini
Menurutnya, bukan menjadi masalah jika seorang politisi meraup suara dengan memanfaatkan basis agama. Sebab, dalam negara berbasis demokrasi, terpilihnya pemimpin berdasarkan suara terbanyak. Sehingga sangat perlu bagi seluruh politisi menyasar suara mayoritas.
“Kalau di Jawa itu mereka akan dekati basisnya umat Islam, kalau di Ambon mereka dekat dengan Kristen, di Bali dekat dengan Hindu. Politisi memang begitu, selalu begitu,” paparnya.
Anis menegaskan, akan menjadi berbahaya jika agama menjadi alat pemecah. Terlebih saat segelintir kelompok kepentingan politik memanfaatkan agama. Ia menyinggung suasana panas pada Pilkada DKI Jakarta 2017 yang menyeret nama Ahok dan Anies Baswedan.
“Cuma problemnya begini, ketiga agama kemudian jadi alat pemecah. Problemnya ketika itu dihadap-hadapkan. Itu (agama) menjadi alat me-mesiu atau saling menembak satu sama lain. Berangkat dari 2019, itu kan sebenernya memanfaatkan agama. Itu kan berasal dari 2017 yang Pilkada Jakarta, yang Anies lawan Ahok,” tegasnya.