KARANGANYAR, beritajateng.tv – Musim kemarau tahun ini diyakini lebih panjang daripada periode sebelumnya. Fenomena El-Nino menjadi pemicu utama kemarau panjang yang melanda Indonesia, tak terkecuali Jawa Tengah. Ketua DPRD Jateng Sumanto mengatakan kemarau panjang ini menimbulkan sejumlah dampak. Salah satunya harga beras naik di pasaran.
Dalam Podcast Parlemen di kanal YouTube beritajatengtv channel, Ketua DPRD Jateng Sumanto juga menyebut musim kemarau tahun ini terasa lebih panas dan memicu naiknya harga beras.
“Kalau bulan September saat ini dibandingkan tahun lalu itu memang lebih panas dan panjang. Pengairan di pertanian juga berkurang. Sebab waduk-waduk belum bisa menampung air yang banyak, jadi petani masih pakai air sumur,” ujar Sumanto dalam podcast yang dipandu Host Ricky Fitriyanto tersebut.
BACA JUGA: Podcast: Ketua DPRD Jateng justru Senang Harga Beras Naik, Lho Kok?
Lonjakan harga beras menjadi salah satu dampak akibat kekeringan panjang. Sumanto menilai, kenaikan harga beras saat ini tak hanya terpengaruh dari mekanisme pasar. Menurut legislator asal Karanganyar tersebut, impor beras yang tak semudah tahun lalu juga menjadi pemicu naiknya harga.
“Dari dulu (stok beras) memang kurang, tetapi impor kan gampang. Sekarang impor itu susah karena harus inden,” tegasnya.
Lebih lanjut, menurutnya, krisis pangan tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara penghasil beras terbesar seperti Thailand dan Republik Rakyat Tiongkok (RTT) tengah mempertahankan produksi beras untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
“Mitigasi dan prediksi mereka (RRT dan Thailand) itu jalan, karena diprediksi tahun depan ada El-Nino dan kekeringan. Mudah-mudahan tidak terjadi kekeringan yang panjang,” bebernya.
Harga beras tertinggi dalam 10 tahun terakhir
Menurutnya, momen kenaikan harga ini dapat petani manfaatkan untuk menanam lebih banyak padi di sawah. Pasalnya, harga gabah kering panen yang menyentuh Rp7.000 seperti saat ini, bagi Sumanto, menjadi harga tertinggi dalam 10 tahun terakhir.