SEMARANG, beritajateng.tv – Sebagian masyarakat Tionghoa masih memegang erat beberapa tradisi-tradisi leluhur, salah satunya yakni rumah arwah untuk upacara Cheng Beng atau ziarah kubur.
Tak terkecuali di Kota Semarang, tradisi itu masih berjalan hingga kini. Adalah Ong Bing Hok, pemilik Rumah Kertas Hok yang masih melestarikan bisnis rumah arwah turun temurun dari kakek buyutnya.
Ong menjelaskan, rumah arwah merupakan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal. Selain itu, rumah arwah juga bertujuan untuk mengantarkan arwah seseorang yang telah meninggal ke alam baka.
“Ada orang meninggal kita kirim rumah. Jadi kirim rumah supaya di sana dia hidup nggak kekurangan, kan ngirim rumah ada syaratnya, misalnya kasih gunung emas, gunung perak, gunung uang, gudang harta, gudang pakaian, nggak cuma rumah aja,” kata Ong Bing Hok saat beritajatneg.tv temui, Selasa, 23 Januari 2024.
Ong menjelaskan, salah satu kepercayaan masyarakat Tionghoa yang mendasari tradisi rumah arwah yakni, ketika arwah di alam baka tidak kekurangan dan serba berkecukupan, maka hal serupa juga akan menjadi timbal balik di dunia. Begitu juga sebaliknya.
Oleh karenanya, lanjut Ong, terdapat beberapa syarat dalam membuat rumah arwah sehingga tidak menyusahkan arwah di alam baka. Seperti misalnya desain rumah.
Ong mengungkapkan, desain rumah arwah ada baiknya tidak berbentuk seperti rumah asli. Alasannya, karena seakan-akan rumah yang ada di dunia dikirim ke alam baka. Hal tersebut ternyata bisa membuat sang arwah kebingungan.