Scroll Untuk Baca Artikel
Jateng

Pemkot Semarang Implementasikan Hasil Penelitian BRIN, Terapkan Alat Pendeteksi Banjir dan Longsor di 20 Titik

×

Pemkot Semarang Implementasikan Hasil Penelitian BRIN, Terapkan Alat Pendeteksi Banjir dan Longsor di 20 Titik

Sebarkan artikel ini
Pemkot Semarang Implementasikan Hasil Penelitian BRIN, Terapkan Alat Pendeteksi Banjir dan Longsor di 20 Titik
Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat melihat ModAthus atau modifikasi alat takar hujan sementara untuk mendeteksi banjir di kota Semarang. (Ellya/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya melakukan antisipasi dini pencegahan longsor dan banjir dengan mengimplementasikan hasil penelitian BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional).

Persoalan banjir dan longsor masih menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah kota Semarang.

Melalui riset BRIN, sejumlah alat canggih seperti pendeteksi longsor, banjir hingga pencemaran udara di Ibukota Jawa Tengah.

Salah satunya, ModAthus (Modifikasi Alat Takar Hujan Sementara). Di Kota Semarang, bertepatan dengan Upacara Hari Lahir Pancasila. Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyerahkan ModAthus kepada empat sekolah dasar (SD).

BACA JUGA: Mbak Ita Resmikan Co-working Space BRIN, Tempat Bagi Para Peneliti dan Periset Kota Semarang

Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, Anang Setiawan Ahmadi mengatakan, BDIN mendukung kebijakan pemerintah kota Semarang yang mengusung konsep smart city.

“Ini follow up, tindak lanjut dari kolaborasi. Hari ini kami launching hasil kerja sama riset dan inovasi mendukung kebijakan Pemkot Semarang. Salah satunya BRIN mendukung dari salah sisi lingkungan yang berbasis industri 5.0,” kata Anang.

Dia berharap kota Semarang bisa menjadi pionir implementasi hasil riset-riset dari BRIN. “Mudah mudahan dengan riset ini bisa mewujudkan Semarang yang betul-betul terbebas dari bencana,” kata dia.

Koordinator Tim Peneliti DAS Kota Semarang BRIN, Hunggul Yudono mengatakan, dengan riset aksi partisipatif, BRIN berupaya melibatkan semua pihak, seperti mahasiswa termasuk dengan pemerintah kota.

“Tadi ada pembagian alat takar hujan. Selama ini kami menganalisis banjir tidak didasarkan pada informasi hujan yang akurat, karena alatnya terbatas dan kurang akurat,” terangnya.

Pihaknya, kemudian mengembangkan instrumen deteksi banjir dengan cara meletakkan alat takar sederhana yang ditempatkan di sekolah dasar (SD).

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan