Ditegaskan oleh Anwar Fatahillah, perbedaan aransemen hampir bisa dibilang tidak ada. Hanya sisi sound seluruh instrumen, termasuk mixing dan mastering, yang disentuh ulang.
“Cuma ada tambahan unsur orkestrasi. Kami sengaja membangun memori dengan lagu ini tanpa harus banyak menambah isian instrumen yang kadang malah mengurangi nilai dari aransemen sebelumnya,” timpal Anwar Fatahillah.
Lagu “Semarang” ibarat mesin waktu yang membawa pendengarnya terbang ke masa lalu. Apalagi, perilisan “Semarang (Remastered)” bertepatan dengan momen Hari Raya Idulfitri 1443 Hijriah di mana kali ini masyarakat bisa kembali mudik setelah pada dua edisi Lebaran sebelumnya mereka harus menahan diri untuk tidak pulang kampung akibat pandemi COVID-19.
“Momennya pas buat suasana pulang kampung karena Semarang tempat kelahiran POWERSLAVES dan di kota ini banyak kenangan terukir,” ungkap Anwar Fatahillah.
“Semoga lagu ini bisa jadi lagu kebangsaan kota Semarang. Seperti layaknya lagu “Gambang Semarang” dan “Semarang Kaline Banjir” (Jangkrik Genggong), tapi dari sisi rock,” harap Heydi Ibrahim.
“Semarang (Remastered)” sudah tersedia di seluruh platform musik digital. (Ak/El)