Sebab, tutur NHS, setiap wilayah atau karesidenan di Jawa Tengah memiliki masalah yang berbeda-beda.
“Jateng itu kepepet oleh Jatim dan Jabar; kedua provinsi itu pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik. Di Jateng investor hengkang karena problematika tertentu seperti ketidakpastian, kemudian bagaimana hak antara kawasan selatan Jateng seperti Banyumas dan Kedu,” ucapnya.
Tak hanya itu, kawasan Pantura di Jawa Tengah juga NHS harap nantinya paslon bahas secara mendalam, utamanya soal ekologis.
BACA JUGA: Kritik Keras Debat Perdana Pilgub Jateng, Pengamat Politik Sebut Salah Satu Paslon Cuma Membebek
“Kemudian Solo Raya, kawasan Jawa Tengah bagian timur, dan juga Pantura. Masalah-masalahnya apa di Pantura, persoalan ekologis yang parah,” sambung dia.
Lebih lanjut, NHS pun menyinggung branding Jawa Tengah yang ia anggap masih kalah jauh. Salah satu contohnya adalah banyak wisatawan yang mengira Candi Borobudur berlokasi di D.I. Yogyakarta, bukannya Kabupaten Magelang.
Tak ketinggalan, nilai tukar petani di Jawa Tengah pun turut NHS kritisi.
“Kehidupan daya beli masyarakat, petani, berapa nilai tukar petani kita jauh lebih baik di Jawa Barat, Jawa Timur. Nah, hal-hal itu kan belum ada. Mudah-mudahan itu akan jadi bahasan pada putaran kedua dan/atau ketiga, dengan tema yang lebih relevan, misalnya ekonomi dan seterusnya tiap minggu,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi