“Negara mengamanatkan bahwasanya kita harus mencerdaskan kehidupan bangsa, namun mana hasilnya? Pemerintah mengenyangkan perut, agar kita lupa, agar kita terlena, pemerintah masih dan akan meindas kita,” pungkas dia.
Demonstran aksi Indonesia Gelap nyanyi lagu “Rasa Sayange”, ganti lirik jadi “Prabowo-Gibran Bengis”
Selepas itu, orator yang mengenakan baju petani mulai naik ke atas mobil. Ia menyinggung Indonesia yang memiliki matahari kembar. Dalam kata lain, Indonesia kini seolah tampak memiliki dua presiden.
“Kita sebagai rakyat tidak sepakat, kita menghamba kepada dua raja. Kami tegaskan, kami tidak menghamba pada raja. Untuk hari ini kita membangkang kepada Prabowo Subianto, pelaku HAM berat,” ucap orator berpakaian petani itu.
Selama unjuk rasa berjalan, ribuan mahasiwa yang hadir itu pun kompak menyanyikan lagu “Rasa Sayange” dengan modifikasi lirik.
“Rasa sayange, rasa sayang sayange, Prabowo-Gibran bengis, rasa sayang sayange,” seru ribuan mahasiswa yang hadir.
Seribu lebih polisi berjaga, Kapolrestabes Semarang jamin tak ada penggunaan senjata api
Guna mengamankan demo tersebut, sebanyak 1.167 polisi diterjunkan. Angka itu terungkap oleh Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol M. Syahduddi, dalam sebuah rilis resmi.
Pihaknya mengaku Polrestabes Semarang tak menggunakan senjata api selama mengamankan unjuk rasa. Ia pun mengaku telah meminta seluruh personil untuk mematuhi Prosedur Operasional Standar (SOP) guna menghadapi provokasi.
Hingga pukul 17.00, aksi unjuk rasa masih berlangsung. Mereka ingin perwakilan DPRD Provinsi Jawa Tengah untuk menemui demonstran yang hadir. Namun, belum ada satu pun perwakilan DPRD yang menemui mereka. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi