SEMARANG, beritajateng.tv – Dalam sebuah gelaran yang mengikis citra birokrasi sebagai menara gading, lebih dari 1.900 Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menunjukkan wajah baru.
Festival ASN 2025, Sabtu (6/12) tidak berakhir dengan seminar dan sertifikat. Tetapi dengan aksi nyata berupa penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Aksi “ASN Charity” ini menjadi klimaks dari pernyataan transformasi yang Walikota Semarang, Agustina Wilujeng gaungkan.
“Festival ini adalah pernyataan tegas. Kita tidak cukup hanya melanjutkan tradisi; kita perlu menantang tradisi,” tegasnya di hadapan para ASN di UTC Convention Hall.
BACA JUGA: Baznas Kota Semarang Gelar Pelatihan Satpam Gada Pratama untuk Tekan Pengangguran
Ia menegaskan bahwa reformasi birokrasi harus melampaui transformasi digital dan mengetuk sisi paling manusiawi aparatur.
“Reformasi tidak selalu harus kaku, ia bisa bergerak lewat ide-ide segar,” ujarnya.
Semangat itu terwujud dengan menggeser paradigma dari “pikiran pelayan” yang terpaku pada prosedur, menuju “hati warga” yang berempati dan solutif.
Personal Social Responsibility (PSR): DNA Baru ASN Semarang
Landasan perubahan ini adalah konsep Personal Social Responsibility (PSR). Jika Corporate Social Responsibility (CSR) bersifat kelembagaan, PSR adalah tanggung jawab sosial setiap individu ASN dalam kesehariannya.
“Jika di dunia korporasi ada CSR, saya ingin setiap ASN Kota Semarang menghidupi PSR. Ini adalah karakter peduli yang terwujud dalam tindakan nyata,” papar Agustina.
Konsep ini bukan wacana. Ia telah dioperasionalkan dalam tiga gerakan yang membumi: ASN Peduli Pekerja Rentan (pagar sosial untuk pekerja informal). ASN Wegah Nyampah (ASN sebagai teladan kebersihan), dan ASN Peduli Koperasi Merah Putih (penguatan ekonomi kerakyatan). Gerakan-gerakan ini mencerminkan semangat Kota Semarang yang baru dinobatkan sebagai Kota Terbaik nasional dalam mengelola kerukunan umat beragama.
Transformasi Holistik: Digital dan Kultur Berjalan Beriringan
Transformasi humanis ini berjalan seiring dengan komitmen kuat pada transformasi digital.
Pendekatan ganda ini menjadi kekhasan Semarang sebagai pemerintah kota terbaik pertama nasional dalam Gadjah Mada Digital Transformation Governance Index (GM-DTGI) Award 2025.
“Prestasi GM-DTGI Award adalah penanda bahwa kami sudah di jalur yang tepat,” ujar Agustina.
Transformasi holistik ini menggeser fokus birokrasi dari sekadar kepatuhan prosedur (output), menjadi penciptaan dampak sosial nyata (outcome).







