Sementara untuk perawatan lanjutan, ia kembalikan kepada pasien. Namun, Abrok menyarankan maksimal satu kali dalam satu bulan.
“Treatment lanjutan nggak tentu, beda-beda ada yang sekali tok (saja) sembuh ada, ada yang balik lagi. Cuma aku kasih batas sebulan sekali itu udah lebih dari cukup untuk yang nggak punya keluhan berat, jangan sering-sering,” ucapnya.
Berbicara soal risiko, Abrok tak memungkiri bahwa pijat kretek memiliki risiko tinggi daripada pijat konvensional lainnya. Oleh karena itu, sebelum sesi berlangsung Abrok selalu mengingatkan pasiennya soal apa saja resiko pijat kretek.
“Makanya aku nanya semua keluhan harus ditulis, termasuk syaratnya di awal, tensi tinggi nggak boleh, batas maksimal 100/150 karena di atas itu pijat kretek meningkatkan risiko stroke, jantung, dan lainnya,” jelas Abrok.
Ia bahkan sempat beberapa kali menolak calon pasien lantaran tidak memenuhi syarat kesehatan. Bukannya apa-apa, selain berbahaya pada pasien, pijat kretek yang tidak memenuhi standar juga berisiko untuk terapisnya.
Dalam sehari, Abrok hanya melayani 15 pasien. Klinik yang memiliki nama Kretek Anuraga saat ini membuka dua sesi, yaitu mulai pukul 10.00 sampai 12.00 WIB, kemudian lanjut 15.00 sampai 19.00 WIB.
Untuk tarif, Abrok mematok harga Rp150 ribu dengan durasi 15-30 menit untuk tiap sesinya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi