Dengan kapasitas 110 orang dan rata-rata 90 hingga 100 penerima manfaat setiap hari, panti ini menjadi salah satu lembaga sosial di Jawa Tengah yang aktif menggabungkan pendekatan rehabilitasi, pelatihan kerja, dan pemberdayaan lingkungan.
Elliya berharap ke depan, model pembinaan berbasis keterampilan dan kepedulian sosial seperti ini bisa di terapkan lebih luas di berbagai panti sosial.
“Kemandirian itu tidak bisa diajarkan dengan ceramah saja. Harus dilatih lewat tindakan nyata, kerja, dan tanggung jawab. Di sinilah kami memulai,” pungkasnya.
BACA JUGA: Pemkab Semarang Salurkan Hibah ke 62 Lembaga Kesejahteraan Sosial: Panti Asuhan-Karang Taruna
Salah satu penerima manfaat, Rahmat, mengaku merasakan manfaat besar dari berbagai pelatihan tersebut. Pria asal Wonodri, Kota Semarang itu sebelumnya bekerja serabutan di proyek bangunan itu kini lebih percaya diri menghadapi masa depan.
“Kalau bagi saya, pelatihan di sini sangat bermanfaat. Selain menambah ilmu, juga membentuk karakter supaya kami bisa lebih baik dan mandiri,” ujar Rahmat.
Rahmat sebelumnya diajak ke Panti PGOT oleh temannya setelah membantu membuat taman di kawasan panti. Kini, ia aktif mengikuti pelatihan pertanian dan pengelolaan lingkungan yang menjadi bagian dari program “Care Pasti Pas.”
“Saya ingin ke depannya bisa lebih kreatif. Dari sosialisasi dan pelatihan ini, saya belajar bagaimana mengelola bahan sederhana jadi sesuatu yang bernilai. Saya ingin hidup mandiri lewat hasil karya sendiri,” tutupnya. (*)
Editor: Farah Nazila













