Scroll Untuk Baca Artikel
HeadlineJatengNews UpdatePeristiwa

Banjir Rob Jateng, KNTI Soroti Program Mitigasi Perubahan Iklim Tak Jadi Prioritas Pemprov

×

Banjir Rob Jateng, KNTI Soroti Program Mitigasi Perubahan Iklim Tak Jadi Prioritas Pemprov

Sebarkan artikel ini
Kondisi Rob di Jalan Pantura Genuk Semarang.

SEMARANG, 31/5 (beritajateng.tv) – Bencana banjir rob yang terjadi di wilayah pantura Jawa Tengah diperkirakan masih akan berlanjut pada akhir Mei hingga awal Juni 2022. Jateng menjadi provinsi yang terdampak paling parah. Salah satu penyebabnya adalah penurunan muka tanah yang terjadi sangat cepat. Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyoroti kurangnya antisipasi Pemprov Jateng akan banjir rob. Menurut KNTI, program adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk masyarakat pesisir dan nelayan belum menjadi prioritas.

Ketua Harian DPP KNTI, Dani Setiawan mengatakan, hasil kajian KNTI di Jateng, alokasi anggaran daerah masih rendah dan cenderung mengalami penurunan. Proporsi alokasi anggaran perubahan iklim di kawasan pesisir pada 2019 sebesar 31,81 persen dari total belanja perubahan iklim atau hanya 0,20 persen dari total belanja daerah. Jumlahnya justru menurun menjadi 31,25 persen atau hanya 0,21 persen dari total belanja daerah. 

Sedangkan pada 2021, proporsi anggaran perubahan iklim untuk kawasan pesisir hanya mendapat alokasi sebesar 8,52 persen dari total belanja perubahan iklim atau hanya sekitar 0,08 persen dari total belanja daerah.

“Kecilnya porsi anggaran menyebabkan dampak serius ketika bencana seperti banjir rob menenggelamkan kota-kota pesisir Jawa Tengah dan mengakibatkan dampak besar, baik secara sosial maupun ekonomi bagi masyarakat pesisir, khususnya para pembudidaya dan nelayan kecil,” ujarnya dalam rilis yang dikirimkan.

Dia menambahkan, banjir rob menggenangi banyak wilayah pesisir di Indonesia dalam sepekan ini. Aktivitas warga di pesisir lumpuh terutama nelayan kecil, pembudidaya ikan, petambak garam, pengolah perikanan dan pemasar ikan baik tingkat bakul kecil maupun besar. Di Pulau Jawa, banjir rob terjadi di Kota Semarang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pemalang, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, hingga Kabupaten Indramayu. Sementara banjir rob yang terjadi di Pulau Sumatera tersebar di Kota Medan, Kota Tanjung Balai, dan Kabupaten Batubara.

Laporan yang diterima pihaknya menyebutkan, terdapat 15.820 nelayan tangkap yang terdampak akibat permukiman tenggelam dan cuaca ekstrim dalam satu minggu terakhir. Akibat banjir rob, banyak rumah warga yang terendam termasuk barang elektronik maupun transportasi nelayan terendam banjir dan nelayan mengalami kerugian material. Kerugian lain yang paling besar dampaknya adalah kegiatan pertambakan rakyat dan petambak garam karena berpotensi gagal panen mencapai miliaran rupiah. Lebih dari 3.226 pembudidaya ikan dengan total luas lahan 31.900 hektare terdampak banjir rob.

“Kerusakan juga dialami oleh para petambak garam seperti yang terjadi di Jepara. Ketinggian banjir yang mencapai 50 hingga 100 sentimeter menyebabkan terhambatnya mobilitas warga dan aktivitas ekonomi pra produksi hingga pasca produksi terkena dampak dengan tutupnya Tempat Pelelangan Ikan,” ujarnya.

Aktivitas lain yang terkena dampak yaitu terganggunya sekolah, transportasi, hingga aktivitas rumah tangga. Data ini tentu saja berpotensi lebih besar lagi di sejumlah daerah lain. Begitupun dengan kondisi kesehatan sejumlah warga yang mulai mengalami berbagai keluhan kesehatan seperti gatal-gatal yang disebabkan karena genangan air banjir. Selain itu, banyak juga dijumpai warga yang mengalami tekanan darah tinggi karena efek kurang tidur dan faktor kelelahan yang dialami masyarakat terdampak bencana banjir rob.

Peristiwa banjir rob ini, lanjutnya, sesuai dengan hasil kajian KNTI di pesisir utara Pulau Jawa, khususnya Provinsi Jawa Tengah pada 2020-2021, bahwa banjir rob akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Erosi pantai di beberapa daerah di Jawa Tengah telah menyebabkan pergeseran garis pantai hingga 1-2 Km, juga kondisi penurunan tanah yang terus meningkat setiap tahun.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan