SEMARANG, beritajateng.tv – Warga Desa Jatilaba, Kabupaten Tegal, geger oleh temuan sebongkah batu hitam pekat yang menurut dugaan sebuah meteor jatuh. Batu itu ditemukan di pekarangan rumah warga, bersamaan dengan hebohnya penampakan bola api melintas di langit Cirebon, Minggu, 5 Oktober 2025 malam lalu.
Bongkahan itu memiliki ciri warna hitam pekat menyerupai pasir besi. Permukaannya kasar dan tidak rata, dengan bobot diperkirakan mencapai 3 kilogram. Penemuan ini lantas memicu perbincangan luas, termasuk di kalangan pengamat antariksa.
Kepala Planetarium UIN Walisongo Semarang, Ahmad Syaiful Anam, menyebut fenomena bola api di langit Cirebon memang ramai dibicarakan kalangan astronom. Namun, ia menegaskan pihaknya tak melakukan pengamatan langsung saat peristiwa terjadi.
BACA JUGA: Adanya Dugaan Meteor Jatuh di Langit Cirebon, Masyarakat Hubungkan dengan Mitos
“Kami memang kebetulan tidak melakukan pengamatan saat kebetulan proses terjadinya itu. Jadi kami pun juga tahu sesaat setelah ada kejadian itu yang ramai. Jadi memang kami juga mendapati fenomena itu sesaat setelah itu terjadi,” ujar Syaiful saat beritajateng.tv hubungi via WhatsApp, Kamis, 9 Oktober 2025.
Ia mengatakan, tak lama setelah kabar bola api melintas tersebut sejumlah forum astronomi di Indonesia mulai membagikan hasil pengamatan dan video amatir dari masyarakat. Beberapa di antaranya juga telah dikonfirmasi kebenarannya oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Beberapa astronom memperlihatkan ada benda langit yang jatuh dengan kecepatan cukup konstan dan tinggi, memberikan efek cahaya dan suara. Dari indikasi itu, kemungkinan besar itu meteor,” jelasnya.
Sempat pertimbangkan kemungkinan batu yang jatuh di Tegal sebagai sampah antariksa alih-alih meteor
Meski demikian, Syaiful menyebut diskusi awal juga sempat mempertimbangkan kemungkinan lain selain meteor, yakni sampah antariksa. Sebab, orbit bumi saat ini memang banyak dipenuhi serpihan satelit rusak dan benda logam lain yang berpotensi jatuh ke atmosfer.
Ia menuturkan, sampah antariksa atau space debris ini berasal dari sisa peluncuran satelit, roket, maupun komponen logam buatan manusia yang mengorbit bumi.
Saat material itu kehilangan ketinggian orbitnya, sebagian bisa terbakar ketika masuk atmosfer, menimbulkan kilatan cahaya yang sering kali mirip dengan meteor.
BACA JUGA: Geger Meteor Jatuh, Peneliti Ungkap Hal Ini
“Itulah yang kemudian ada beberapa indikasi yang kita lihat itu ada sebuah meteor jatuh gitu. Walaupun sempat didiskusikan kemungkinan ada dua, yang pertama mungkin adalah meteor atau yang kedua adalah benda antariksa lain, misalnya sampah antariksa,” ujarnya.
Menurutnya, banyaknya material logam buatan manusia di orbit membuat kemungkinan jatuhnya sampah antariksa selalu terbuka. Namun, dari ciri visual kilatan yang terekam, termasuk cahaya yang konstan, kecepatan lintasan, dan efek suara ledakan, para astronom lebih condong mengidentifikasinya sebagai meteor.