Sony yang juga mengambil jurusan Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar (PJSD) kemudian tertarik dengan permainan tradisional.
“Setelah program PPK Ormawa, saya kemudian mengenal salah satu pengurus Kampoeng Hompimpa, tapi saat itu sedang vakum karena Covid. Akhirnya saya dan beberapa temen coba aktifin lagi kegiatan Kampoeng Hompimpa,” ungkap Sony.
Beruntung, keadaan berangsur pulih kembali. Puncaknya ketika status PPKM resmi tercabut. Setelah 2 tahun vakum, mereka kembali bergairah dengan membuka lapak permaianan tradisional di car free day (CFD) Simpang Lima.
Kini, dalam kepengurusan baru yang Sony nahkodai, mereka siap kembali mengenalkan berbagai jenis permainan tradisional kepada masyarakat, terutama anak-anak di Kota Semarang.
“Harapannya, Kampoeng Hompimpa bisa tetap aktif terus untuk berkegiatan, baik cfd, ke sekolah, atau masuk ke kampung-kampung, juga harapan adanya support dari orang tua untuk mengenalkan permainan tradisional karena peran orang tua sangat penting,” pungkas Sony. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi