Adjie kemudian iseng merintis sebuah usaha kafe. Sebab, sejak kakeknya meninggal dunia, bangunan bekas toko obat China itu mangkrak. Di sisi lain, ia tetap harus membayar uang listrik dan uang air setiap bulannya.
“Iseng aja bikin kafe ini, kebetulan saya suka ngopi apalagi daerah Pecinan belum banyak kafe waktu itu. Sempat belajar barista di Lamongan,” katanya.
BACA JUGA: Hero Coffee Semarang, Kafe Estetik di Kawasan Sudut Kota Lama
Secara sekilas, tak banyak jejak-jejak peninggalan toko obat China yang tersisa di Yisan Coffee Shop. Hanya ada sejumlah interior dan barang-barang antik di dalam kafe yang merupakan koleksi pribadi pemiliknya.
Uniknya, ada satu lemari berukuran besar yang konon telah berusia hampir 100 tahun.
“Lemari-lemari peninggalan yang dulu buat naruh obat. Usia pastinya enggak tau ya, tapi pastinya hampir 100 tahun karena sejak mbah buyut,” papar Adjie.
Untuk menu, Yisan Coffee menawarkan beragam pilihan minuman, mulai dari ekspreso, teh, smoothies, milkshake, hingga minuman tradisional. Harganya pun terbilang terjangkau, sekitar Rp12 ribu hingga Rp35 ribu saja.
Yisan Coffee Shop sendiri buka mulai Senin hingga Sabtu, pukul 09.00 hingga 22.00 WIB. Tertarik mampir? (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi