Beberapa jejak kejayaan masa lalu masih tersimpan rapi di gudang belakang Dharma Boutique Roastery. Alat sangrai buatan Belanda yang sudah tidak berfungsi juga masih berdiri kokoh.
Tiap harinya, Safar maupun karyawan lain tak segan mengajak para pengunjung untuk melakukan tur singkat.
Pengelola Dharma Boutique Roastery kini telah sampai generasi ketiga
Widayat Basuki Dharmowiyono sendiri merupakan penerus generasi ketiga. Ia mulai mengambil alih operasional pada tahun 1975.
“Awalnya fokus ke sangrai kopi aja, tapi ternyata peminatnya banyak. Etalase baru dibuat akhir-akhir ini juga, tapi kami masih fokus kepada edukasi pembeli soal kopi,” kata Widayat Basuki.
Saat ini, rumah kopi tersebut sukses menjadi jujugan pecinta kopi di Kota Semarang. Agie, barista salah satu kedai kopi di Tembalang salah satunya.
BACA JUGA: Syahdunya Djajanti Kitchen & Coffee, Nongkrong dengan Sensasi Rumahan nan Asri di Semarang
“Saya barista juga, terakhir ke sini beberapa bulan yang lalu. Memang suka karena suasana dan sisi historisnya masih ada, bahkan surat-surat gitu masih tersimpan,” kata Agie.
Agie sendiri terlihat asik mengobrol dengan Safar. Bertempat di slow bar, beberapa kali mereka terlihat bertukar cerita seputar kopi. Sebab pada akhirnya, visi keduanya sama, yaitu ingin mengenalkan kultur ngopi kepada masyarakat Kota Semarang secara lebih luas. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi