Scroll Untuk Baca Artikel
Ekbis

Biosolar Tersedia Dekat, SPBUN Mojo Dongkrak Produktivitas Nelayan

×

Biosolar Tersedia Dekat, SPBUN Mojo Dongkrak Produktivitas Nelayan

Sebarkan artikel ini
Biosolar Tersedia Dekat, SPBUN Mojo Dongkrak Produktivitas Nelayan
Antrean jeriken dari para nelayan antrean mengular di SPBUN Mojo. (Ellya/beritajateng.tv)

PEMALANG, beritajateng.tv – Antrean mengular di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

Para nelayan Mojo itu mempersiapkan diri untuk melaut di keesokan harinya. Mereka dengan sabar mengantre untuk membeli bahan bakar Biosolar.

Menjadi berkat tersendiri, karena kini jarak SPBUN ini lebih dekat dengan dermaga area Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Mojo.

Berkat jarak SPBUN Mojo yang kini lebih dekat, para  nelayan tak perlu mengantre lagi di SPBU umum yang letaknya 11 kilometer dari dermaga.

Seperti yang diketahui, bahan bakar utama yang nelayan gunakan untuk mengarungi lautan untuk mencari sesuap nasi dari lautan. Yakni berasal dari Bahan Bakar Biosolar.

Bukan hal yang mudah, lantaran ribuan nelayan harus berjuang mengantre, nampak puluhan jeriken berjajar. Sembari menanti bahan bakar Biosolarnya terisi.

Biosolar Tersedia Dekat, SPBUN Mojo Dongkrak Produktivitas Nelayan
Nelayan Mojo memasukkan BBM hasil antrean di SPBU Mojo ke jeriken lain untuk keperluan melaut. (Ellya/beritajateng.tv)

Pujianto, salah satu nelayan Desa Mojo, SPBUN yang hadir sejak tahun 2018 itu sangat penting untuknya.

Ia dan teman-teman nelayannya itu, tak perlu lagi menempuh belasan kilometer untuk membeli solar di Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di jalan raya Pantura.

“Lumayan kalau dulu mah harus beli jauh, di jalan raya sana itu. Belum apa-apa sudah keluar uang buat bensin ke sananya. Sudah modal dulu,” ungkap Pujianto.

Kehadiran SPBUN itu juga membuat nelayan tak lagi membeli solar kepada pengecer dengan harga yang jauh lebih mahal. Ia merasa beruntung dengan kehadiran SPBUN Mojo ini, tak perlu mengeluarkan uang berlebih untuk mengangkut Biosolar yang ia beli. Bahkan terkadang harus memberikan upah pada petugas SPBU yang mengisi jerikennya.

“Dulu sebelum ada SPBUN ini nelayan biasa beli di pengecer. Kalau beli solar harganya Rp 6.800 per liter. Tapi kalau di pengecer bisa sampai Rp 8.000 per liter. Sedangkan saya butuh 50 liter lebih. Tentunya harus nambah kocek,” jelasnya.

Begitu juga dengan Khamim (35). Baginya yang hanya nelayan kecil, uang puluhan ribu sangatlah berarti baginya. Terlebih tangkapan para nelayan saat ini tidak terlalu bagus.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan