“BCF tahun ini sengaja digelar di Goa Terawang untuk menghadirkan nuansa alami dan memperkuat pesan pelestarian budaya yang menyatu dengan alam,” ujar Iwan Setiyarso, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blora.
Blora Culture Festival menjadi bukti keseriusan Pemkab Blora dalam nguri-uri kabudayan atau melestarikan budaya lokal. Tidak hanya mempertunjukkan seni, festival ini juga menjadi wadah pendidikan budaya bagi generasi muda.
BACA JUGA: Dapur MBG ke-62 di Blora Resmi Beroperasi, Layani Ribuan Penerima Manfaat di Kecamatan Japah
Keterlibatan para pelajar sejak tingkat TK hingga SMA dianggap langkah strategis dalam menanamkan kecintaan terhadap seni daerah sejak dini.
“Keterlibatan anak-anak adalah investasi jangka panjang agar Tayub tidak punah termakan waktu,” tambah Iwan.
Tak hanya menyedot perhatian ribuan warga lokal, BCF 2025 juga menarik wisatawan dari luar daerah. Goa Terawang yang biasanya tenang kini menjadi pusat keramaian. Itu menegaskan bahwa Blora tak hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga memiliki warisan seni dan budaya yang kuat.
Gelaran ini sekaligus meneguhkan posisi tayub sebagai ikon budaya Blora, sebagaimana batik bagi Pekalongan atau reog bagi Ponorogo. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi












