SEMARANG, beritajateng.tv – Kreativitas Darum Santi, warga Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, patut kita tiru. Santi yang merupakan guru les privat itu mampu memanfaatkan kain perca menjadi kerajinan tangan bernilai jual tinggi, misalnya Boneka Nona Kriwil.
Di tangannya, kain perca tersebut mampu terhias sedemikian rupa menjadi boneka, tas, gantungan kunci, dan kalung. Alhasil, kain perca yang tadinya hanya sebagai limbah konveksi akhirnya malah bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Namun, untuk menyulapnya menjadi karya berharga mahal, tentu memerlukan kreativitas tinggi. Contohnya, boneka baju adat. Menurut Santi, membuat boneka baju adat memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
“Setiap daerah ada khasnya sendiri-sendiri, paling gampang baju adat Bali, modal lilit-lilit kain saja,” jelasnya dengan gelak tawa.
Meski mudah, namun bahan kain Bali cenderung lebih mahal daripada yang lain. Sedangkan paling sulit, Santi menyebut boneka adat Papua menempati peringkat pertama. Itu karena dalam mengerjakan boneka adat Papua, Santi harus melukis bagian, muka, tangan, dan kaki.
“Perbandingannya, kalau bikin kostum baju Bali satu jam selesai, tapi kalau bikin boneka adat Papua nggak bisa langsung selesai, karena untuk ngecatnya saja itu nggak bisa satu kali gores, minimal 3-4 kali,” jelasnya.
Percaya Diri, Boneka Nona Kriwil Berani Dibandrol Harga Mahal
Kerajinan tangan buatan Santi dibandrol dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 50-150 ribu untuk boneka satuan, tas mulai dari Rp 45-60 ribu, sedangkan aksesoris mulai dari Rp 20 ribu.