Salah satu EWS yang hilang, lanjut Endro, berada di aliran sungai Pudak Payung. “Kalau kemanfaatannya benar-benar masyarakat rasakan, nanti kami usulkan di anggaran tahun depan,” paparnya.
Untuk wilayah rawan bencana di Kota Semarang, pihaknya telah memetakan kawasan rawan bencana (KRB) tersebut.
“Kategori itu sebetulnya sederhana, ada tiga wilayah dengan rawan longsor, rawan banjir dan kawasan rawan kebakaran,” imbuhnya.
Titiknya, lanjut Endro, untuk rawan banjir berada di pesisir utara di wilayah Semarang Utara, Gayamsari hingga Genuk. Untuk wilayah rawan longsor berada di daerah perbukitan seperti di Candisari, Gunungpati dan Gajahmungkur. Sedangkan untuk wilayah rawan kebakaran masih didominasi di wilayah perkampungan padat.
“Ini yang selalu harus kami edukasi ke masyarakat. Musim itu kan tidak bisa kami prediksi. Jangan sampai teledor terhadap api, bahkan saat hujan saja ada kebakaran. Padahal saat itu hujan. Tiga hal yang harus kita waspadai,” paparnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah