Selain itu, film ini juga akan mengungkapkan alasan mengapa Farah disebut sebagai wanita ahli neraka setelah menikah dengan Wahab. Tentu ada konsekuensi yang harus ia hadapi akibat setiap tindakan yang ia lakukan.
Tidak hanya mengangkat unsur agama, tetapi juga menyertakan unsur politik yang cukup dominan, yang menghabiskan hampir setengah bagian dari cerita.
BACA JUGA: Teror Ilmu Hitam dalam Rumah Tangga, Begini Sinopsis Film ‘Guna-guna Istri Muda’
Kehadiran karakter Wahab, yang mencalonkan diri sebagai bupati dan menjalankan kampanye untuk merebut dukungan rakyat, semakin memperkuat elemen politik dalam film ini.
Penonton akan menyaksikan bagaimana seorang politikus melakukan berbagai cara untuk mewujudkan ambisinya, bahkan jika itu berarti mengancam atau mengorbankan nyawa seseorang.
Film ini memberikan peringatan yang tegas bagi wanita yang ingin meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Kehadiran karakter Farah memberikan contoh yang baik bagi wanita Muslim dalam menjalani hidupnya.
Setiap dialog, terutama yang disampaikan oleh Farah, Umi Hanum, dan Ustaz Irfan, terasa seperti sebuah nasihat yang tersirat. Oleh karena itu, film Wanita Ahli Neraka tidak terlalu terasa horor. Sebaliknya, film ini lebih menonjolkan nilai-nilai religiusnya. (*)