Ketua Paguyuban Kawasan Industri Terboyo Semarang (KITS), Eny Sulistyowati, mengakui bahwa usahanya sangat terdampak dari lalu lintas truk proyek tol Semarang-Demak ini.
Salah satu dampaknya yang paling terasa adalah mobilitas pekerja yang terhambat karena akses para pekerja yang terganggu.
“Waktu-waktu macet paling parah ada di pagi hari karena bersamaan dengan jam masuk pegawai. Tapi bisa juga terjadi pada siang, bahkan malam hari,” ungkap Eny.
BACA JUGA: Banjir Belum Surut, Ini Jalan Alternatif Hindari Genangan di Pantura Kaligawe Semarang-Demak
Setiap harinya, lanjut Eny, sedikitnya 1.000 truk yang keluar masuk di Jalan Kawasan Terboyo. Dengan truk sebanyak itu, jalanan di sekitar pabrik membuat jalanan rusak dan berlumpur.
“Sehingga banyak pekerja yang jadi korban. Banyak pekerja yang jatuh dan luka-luka,” katanya.
Di sisi lain, ia menegaskan bahwa dirinya tidak memprotes pembangunan tol Semarang-Demak, bahkan ikut mendukung. Pasalnya, berkat pembangunan tanggul laut, wilayah pabrik juga tidak lagi kebanjiran.
Hanya saja, ia meminta pemerintah uuntuk lebih memberi perhatian pada Jalan Kawasan Terboyo sehingga akses di sekitarnya menjadi lancar.
“Kami di sini butuh kenyamanan dalam bekerja. Kami juga punya hidup dan banyak pekerja kami yang harus dihidupi. Entah jalan diperbaiki atau diatur lalu lintas truk-truk tadi,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi