Contoh Khutbah Akhir Tahun 1446 H
Mengucapkan puji syukur kepada Allah serta bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw merupakan bagian yang wajib tersampaikan oleh setiap khatib dalam khutbahnya.
BACA JUGA: Pamer Foto Kedekatan, Ruben Onsu dan Desy Ratnasari Jadi Sorotan Netizen
Di samping itu, khatib juga bertanggung jawab untuk menyampaikan serta mengingatkan jamaah akan pentingnya wasiat ketakwaan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan khutbah kali ini, khatib mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah, memperbanyak shalawat kepada Rasulullah, dan terus berupaya meningkatkan ketakwaan kepada-Nya.
Bagaimana cara untuk meningkatkan ketakwaan? Yaitu dengan terus bersemangat dalam melaksanakan semua perintah Allah dan berusaha sekuat mungkin menjauhi segala larangan-Nya.
Melalui usaha ini, kita akan tetap berada di jalan yang ridho oleh agama, sehingga terhindar dari penyimpangan dan kesesatan.
Hidup di dunia ini ibarat menempuh sebuah perjalanan dengan jalur yang penuh dinamika serta tantangan.
Kadang kita harus menapaki jalan yang terjal, kemudian melewati turunan atau dataran yang datar namun semuanya tidak boleh membuat kita lengah.
BACA JUGA: Perjalanan Asmara Al Ghazali dengan Alyssa Daguise, Sempat Putus Katanya
Perjalanan hidup menyisakan masa lalu sebagai pelajaran, masa kini sebagai realita yang harus kita jalani, dan masa depan sebagai harapan yang ingin kita raih.
Karena itu, kita memerlukan petunjuk agar perjalanan ini berlangsung dengan lancar dan aman. Ketakwaan merupakan petunjuk sekaligus bekal terbaik yang akan menuntun kita tetap berada di jalan yang benar.
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197).
Dalam perjalanan yang panjang, kita perlu meluangkan waktu untuk beristirahat demi mengembalikan energi dan semangat agar bisa melanjutkan langkah ke depan.
Demikian pula dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kita perlu menyediakan waktu khusus untuk merenung, mengevaluasi diri, menghitung amal, dan melakukan introspeksi mendalam yang dalam istilah Arab yakni muhasabah.
Begitu pentingnya muhasabah, hingga Sayyidina Umar bin Khattab pernah menyampaikan pesan yang mendalam tentang hal ini.
“Hisablah (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.” (*)