Ironisnya, meski menjadi tulang punggung, Kaluna kerap tak dihargai oleh keluarganya. Ia masih kedapatan tugas membersihkan rumah yang berantakan, terusir dari kamar karena harus mengalah untuk keluarga kakaknya. Jadilah ia terpaksa pindah ke ‘kamar pembantu’ di belakang rumah. Suatu waktu, kamar tersebut plafonnya jebol dan Kaluna harus mengungsi tidur ke ruang keluarga yang disekat kain.
Dengan semua kondisi tersebut, maka memiliki rumah bagi Kaluna tak sekedar untuk tinggal, tapi juga tempat mencari kenyamanan.
Keresahan kelas menengah berkompromi dengan mimpinya
Potret tersebut lekat dengan realita masyarakat Indonesia kebanyakan saat ini. Tentang pasangan yang sudah menikah tapi terpaksa tinggal di rumah orang tua atau mertua karena keterbatasan ekonomi.
BACA JUGA: Profil Lengkap Almira Bastari, Penulis Novel Best Seller Home Sweet Loan
Mungkin itu menjadi salah satu alasan banyak orang tua kita yang dulu memilih membangun rumah berukuran besar, alih-alih membeli rumah cluster bertipe kecil. Agar bisa membuat kamar yang banyak sesuai jumlah anaknya. Supaya kamar-kamar tersebut bisa anak-anaknya tempati saat sudah menikah dan berkeluarga.
Juga kisah soal keresahan kelas menengah yang jadi generasi sandwich, harus berkompromi dengan mimpi besarnya. Pada sisi lain, tak jarang kita temukan anggota keluarga yang menjadi ‘beban keluarga’ akibat kurang beruntung secara ekonomi.
Karakter orang tua Kaluna juga menduplikasi sebagian besar Ayah dan Ibu di masyarakat kita. Ayah Kaluna (Budi Ross), yang rela melakukan apapun demi keutuhan keluarga besar. Sedangkan Ibu Kaluna (Daisy Lantang), selalu mengalah demi anaknya bisa keluar berbagai permasalahan.
Maka di Indonesia, keluarga selalu menjadi ‘jaring pengaman sosial’ bagi mereka yang jadi ‘beban’ tadi. Ungkapan orang tua seperti, “Tolong kamu bantu, adikmu sedang susah,” atau “Kalau ada rezeki berlebih, bantulah kakakmu,” sering kita dengar.
Di luar product placement yang sangat mengganggu, khas film Indonesia, Home Sweet Loan memberikan gambaran kondisi masyarakat Indonesia saat ini. ‘Beban keluarga’, jeratan pinjol, hingga sandwich generation yang terhimpit. Mereka harus berjuang memenuhi kebutuhan sendiri, sementara di sisi lain harus ikut memikul beban keluarga.
Kondisi tersebut tergambar dari salah satu quote Kaluna dalam film. “Orang biasa kayak gue tu mau mimpi aja harus tahu diri ternyata,”. (*)
Ricky Fitriyanto
Pemimpin Redaksi Beritajateng.tv