3. Grand finale yang terasa comical
Adegan klimaks saat darah Hyun‑heup naik, lalu berubah jadi bola merah besar kemudian meledak menjadi jutaan garis merah justru membuat beberapa fans menganggapnya malah lucu dan kurang dramatis.
Ketegangan terasa sepanjang episode tiba-tiba hilang di akhir episode. Selain itu, tidak adanya eksplorasi terkait alasan atau konsekuensi logis dari fenomena global ini.
BACA JUGA: Ending Absurd, Apakah Drakor S Line Bakal Lanjut Season 2?
4. Subplot dan karakter minor yang tiba‑tiba hilang
Ada banyak subplot, mulai dari kisah guru matematika, idol trainee, kasus bullying, hubungan detektif dengan keluarga. Padahal, awalnya diperkenalkan penuh misteri, tetapi cerita akhirnya akhirnya tidak tuntas. Banyak dari konflik ini tidak kembali dibahas atau diselesaikan dengan memuaskan di episode 6.
5. Ambiguitas yang terasa dipaksakan
Di akhir, ketika Sin Hyeon Hop mendengar suara Gyu‑jin dan muncul garis merah baru, penonton berpikir bahwa ini menandakan potensi season 2. Tanpa kepastian resmi, banyak yang merasa ending terlalu menggantung agar ada alasan buat lanjut cerita, bukan karena alur memang semestinya berakhir seperti itu.
Sebagai penggemar K‑drama yang menyukai plot penuh misteri dan ketegangan psikologis, kita perlu mengakui bahwa drakor S Line memiliki premis luar biasa dan menyoroti isu tabu seperti privasi dan rasa malu dari perspektif modern. Akan tetapi, pengeksekusian akhir justru terasa terburu‑buru dan kurang menjawab banyak pertanyaan yang sebelumnya membuat penonton penasaran.
Penonton berharap lebih banyak waktu untuk membedah siapa Lee Gyu‑jin sebenarnya, bagaimana dampak sosial S Line di seluruh dunia, serta penjelasan soal berbagai subplot karakter. Alih‑alih mendapatkan penyelesaian emosional yang hadir justru finalitas abstrak dan simbolik tanpa kepastian. (*)