Di sisi lain populasi hama tikus pada serangan kali ini memang cukup tinggi. Karena hama tikus yang menyerang tidak hanya dari wilayah Banyubiru saja, tapi juga migrasi dari Rawapening dan persawahan di Kecamatan Jambu.
Upaya alami dengan memasang rumah burung hantu (rubuha) sudah tidak efektif. Karena satu ekor tito alba hanya mampu memangsa empat hingga lima ekor tikus saja.
Sementara populasi hama tikus saat ini luar biasa. “Kami sampai kehabisan akal, bagaimana untuk mengendalikan hama tikus ini,” tegas Kades Banyubiru.
BACA JUGA: Mohamad Pramanda Salih dan Maria Felicia Slamet Riyono Terpilih Sebagai Denok Kenang 2024
Salah seorang petani di Desa Banyubiru, Sarno (68) mengungkapkan, serangan hama tikus pada lahan sawah yang digarapnya mencapai luasan 2 hektare. Akibatnya tanaman padi hang berumur 35 – 75 hari rusak.
Akibat serangan hama ini ia mengalami kerugian biaya produksi hampir mencapai Rp 20 juta rupiah. Kerugian itu mencakup biaya pengolahan tanah, pemupukan hingga usia mencapai 75 hari.
“Itu saja untuk tanam menggunakan tenaga saya sendiri. Kalau itu menggunakan tenaga buruh tanam kerugiannya bisa lebih dari Rp 20 juta,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan, untuk mengatasi hama tikus ini juga dilakukan penyetruman dengan genset. “Meskipun tiap malam mampu membunuh ratusan tikus, tapi belum mampu untuk mengendalikan,” tegasnya. (*)
Editor: Farah Nazila