“Kalau di lereng Gunung Slamet atau agak ke atas itu ada lima [proyek pertambangan] yang berizin, tapi dari lima itu hanya tiga yang beroperasi. Gandatapa satu, terus di Pekuncen ada dua,” ucapnya.
Lebih jauh, Mahendra pun mengklaim kegiatan pertambangan yang ada di Gunung Slamet tak akan menimbulkan longsor seperti di Cilacap maupun Banjarnegara.
“[Kontur tanahnya] beda jauh, kalau masalah ketakutan longsor kaya yang di Cilacap itu ya beda jauh,” tegasnya.
BACA JUGA: Warga Baseh Banyumas Protes Tambang PT DBA, Dinas ESDM Jateng: Sudah Kami Tindak Sebelum Viral
Warga Jawa Tengah dan aktivis pun khawatir aktivitas tambang di Gunung Slamet akan berakibat bencana banjir bandang seperti di Sumatera.
Ia menyebut, tambang di Jawa Tengah seperti Gunung Slamet skalanya kecil. Kata dia, tak mungkin akan menimbulkan bencana longsor maupun banjir bandang seperti di Sumatera.
“Wah, apalagi bandingkan Sumatera ya. Tambang-tambang yang beroperasi di Jawa Tengah seperti Banyumas itu tambang skala kecil. Tambang skala kecil itu paling-paling luas izinnya itu hanya 5 hektare. Tambangnya saja sekarang masih hanya sekitar 2 hektaran,” ucap Mahendra.
“Belum 5 hektare, belum, masuk hanya sekitar 2 hektare. Sampai bisa menyebabkan longsor kayak di Sumatera kayaknya kemungkinan besarnya jauh ya. Masih jauh,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













