Dinas Pendidikan berkomitmen memberikan solusi bagi anak-anak ini. Jika mereka tidak dapat kembali ke sekolah formal, tersedia alternatif berupa program kesetaraan. Program ini menawarkan pendidikan melalui kelompok belajar paket yang sesuai dengan tingkatannya.
“Bagi yang enggan ke SMP formal, kami dorong ikut kejar paket B. Sistemnya fleksibel, tidak harus hadir setiap hari,” imbuh Bambang.
Data menunjukkan bahwa 475 anak yang berhenti sekolah tersebar dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
“Penyebarannya bervariasi. Ada yang di SD, SMP, hingga SMA,” ungkap Bambang.
Melalui kerja sama dengan lurah dan camat, Dinas Pendidikan berharap solusi ini mampu mengembalikan anak-anak tersebut ke jalur pendidikan yang layak.
Program Bambu Apus harapannya menjadi langkah konkret dalam mengatasi masalah anak putus sekolah di Kota Semarang. (*)