Hukum & Kriminal

Disebut “Ibunya Petani”, Mbak Ita Dinilai Berjasa Besar untuk Ketahanan Pangan Semarang

×

Disebut “Ibunya Petani”, Mbak Ita Dinilai Berjasa Besar untuk Ketahanan Pangan Semarang

Sebarkan artikel ini
mantan walikota semarang mbak ita
Penasehat hukum mantan Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) dan suaminya Alwin Basri menghadirkan saksi meringankan dalam sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Senin, 21 Juli 2025. (Elly Amaliyah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Penasehat hukum mantan Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) dan suaminya, Alwin Basri, menghadirkan saksi meringankan dalam sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Senin, 21 Juli 2025.

Salah satunya yakni, Marzuki, Kelompok Tani Mijen Kota Semarang. Dalam persidangan, Marzuki mengaku jika Mbak Ita membuat Peraturan Walikota (Perwal) yang pro petani. Perwal

“Justru itulah yang membuat kami berani bergerak, berani melakukan untuk sistem pangan berdasarkan Perwal no. 77 tahun 2022. Jadi kami benar-benar di fasilitasi oleh pemerintah untuk melakukan pangan murah bagi masyarakat dengan harga terjangkau dan ketersediaan yang cukup,” tutur Marzuki.

Marzuki bahkan menyebut, Mantan Walikota Semarang Mbak Ita sebagai “ibunya” petani Kota Semarang. Hal ini tak lepas dari peran Mbak Ita terhadap ketahanan pangan di ibu kota Jawa Tengah ini.

“Dampak bagi kelompok tani, petani mendapatkan harga yang lebih tinggi dari tengkulak. Karena setelah perwal turun, para petani kemudian menjadi Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Secara legal berbentuk PT (Perseroan Terbatas) dan membeli hasil pertanian di atas harga tengkulak. Keuntungan bagi konsumen, karena harga di bawah pasaran,” jelas dia.

Menurut dia, kehadiran Perwal itu mampu menutup kerugian kelompok tani untuk menutup rantai distribusi.

BUMP memiliki 267 petani dinahkodai 9 pengurus BUMP. “Banyak program yang dilakukan dan itu merupakan impian bu wali (Mbak Ita) waktu itu. Kami klop berkoordinasi untuk sistem pangan,” kata dia.

Lewat program Pak Rahman (Pasar Rakyat Murah dan Aman), menurutnya Mbak Ita telah menunjukkan peran pentingnya menyejahterakan petani dan masyarakat.

“Bu Ita menangani sistem pangan dengan baik di Semarang, seperti bantuan untuk para peternak kambing, petani milenial dan bantuan green house untuk penanaman sayuran. Soal ketahanan pangan, Bu Ita sangat concern disitu,” katanya.

BACA JUGA: Di Tengah Kasus Korupsi, Mbak Ita Ternyata Pernah Luncurkan Aplikasi AI untuk ASN Semarang

Kemudian, program Pak Rahman dan BUMP (Badan Usaha Milik Petani) dinilai turut menyejahterakan petani. Jika biasanya dalam setahun hanya empat kali expo, maka melalui Pak Rahman, dapat terjadi 124 expo.

“Sekali expo pasti ada penjualan beras 1 ton, harga di bawah pasaran selisih hingga Rp2 ribu. Makanya kami sebut ‘ibunya’, karena tidak sekat dengan kami para petani,” tegas Marzuki.

Melihat antusias masyarakat, Marzuki mengaku bangga dan senang. Hal ini karena kondisi perekonomian yang tidak stabil dengan adanya gejolak harga tinggi. Namun kala itu program ini benar-benar membantu masyarakat.

“Itu jadi kepuasan tersendiri bagi Ibu (Mbak Ita) dan kami,” Kata Marzuki.

Kemudian, soal bantuan petani di masa kepemimpinan Mbak Ita, ia menyebut juga cukup banyak. “Impian bu Walikota, pangan di kota Semarang harus tersedia, terjangkau harganya dan bagus kualitasnya dengan program Lumpang Semar di setiap kelurahan di Kota Semarang,” Imbuhnya.

Pada masa Mbak Ita, Kios Lumpang Semar yang menjual produk petani di bawah harga pasar ini telah berdiri 60 kelurahan yang telah berjalan dari 177 kelurahan.

“Kami dengan ibu Walikota, petani seperti tidak ada jarak. Saya SMS jam 2 malam juga langsung di balas. Biasanya saat berkunjung juga mengulik kebutuhan-kebutuhan petani. Itulah kenapa beliau ini ibunya petani,” Sebutnya.

Bahkan ada bantuan CSR yang dicarikan dari Bank Jateng berupa Green House untuk memfasilitasi petani milenial.

“Karena di nilai Pak Rahman berhasil, bahkan bukan cuma di kelurahan tapi di masjid, vihara, gereja, termasuk pabrik kami lakukan. Itu jadi nilai plus Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melihat kami, termasuk bu Ita menyoundingkan kami dengan Bank Indonesia. Dari situlah kami dapat banyak bantuan-bantuan,” imbuh dia.

Semarang bahkan jadi kota terinovatif dalam gelaran pangan murah, dan menjadikan Hevearita Gunaryanti Rahayu mendapat penghargaan sebagai walikota terinovatif.

“Semua fasilitas kemudian diberikan dari BI, mulai dari mobil, gudang, ada dryer yang semua demi ketersediaan sistem pangan kota Semarang,” jelasnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan