“Barangkali sebagian besar itu karena pihak sekolah kurang memperhatikan timeline. Merasa kalau bisa menjalankan ini dengan waktu yang singkat; sehingga dia melakukan hal lain, tidak punya time management yang bagus,“ terang Edi.
Oleh karena manajemen waktu sekolah yang buruk, Edi menyebut ada faktor eksternal yang tak sesuai perkiraan pada akhirnya.
Agar kasus serupa tak terulang setiap tahunnya, Edi menyarankan finalisasi PDSS tidak usah menunggu keseluruhan siswa di sekolah tersebut.
“Gak perlu harus menunggu semuanya, begitu input, validasi satu per satu, itu sudah eligible. Agaknya itu lebih efektif dan efisien, jadi gak perlu gelondongan satu sekokah dan harus validasi secara keseluruhan satu sekolah,” terangnya.
Pihaknya menginginkan sistem yang sifatnya lebih fleksibel untuk mencegah kegagalan atau keterlambatan finalisasi keseluruhan siswa.
“Jadi siswa yang eligible buat akun, kemudian gurunya memverifikasi, memvalidasi, sudah. Mestinya cukup semacam itu, mungkin kalau gitu akan bisa mengeliminasi kegagalan satu sekolah,” pungkas Edi. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi