BACA JUGA: Dalami Semangat Juang Presiden Pertama RI Lewat Pameran Lukisan Bung Karno di Oudetrap
“Setiap keluar rumah mesti lihat sampah. Sudah muak rasanya dan miris. Tumpukan sampah itu kan bisa baunya menyengat, apalagi kalau anginnya dari selatan,” resah Musa’i.
Sampah yang menumpuk di lahan bekas tambak ini bukan hanya menciptakan bau busuk dan gangguan visual.
Saluran air yang mampet karena sampah di sekitar lokasi menjadi sarang nyamuk. Pada malam hari, nyamuk-nyamuk itu bahkan menyerbu rumah warga.
Sebagai warga yang terdampak langsung pulau sampah tersebut. Musa’i meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tidak acuh, setidaknya tumpukan sampah itu bisa beralih ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Pinginnya itu ada upaya pemkot membersihkan, biar pas saya keluar rumah. Pemandangan yang saya lihat itu bukan tumpukan sampah,” imbuhnya.
Warga RT 6 RW 13 lainnya, Widiarti, turut meresahkan hal yang sama. Menurutnya, sebelum terbengkalai, tambak yang berada persis di belakang rumahnya sering dijadikan tempat bermain anak-anak untuk melihat ikan.
“Dulu itu nggak ada sampah. Airnya bersih, bisa buat pelihara ikan. Tapi sejak jadi permukiman, banyak warga sekitar yang buang sampah sembarangan ke bekas tambak,” ucapnya.
Minimnya akses warga terhadap tempat pembuangan sampah membuat bekas tambak menjadi solusi instan. Lambat laun bekas tambak tersebut menjadi pulau sampah yang kini diresahkan warga.
Selama bertahun-tahun, Widiarti serta warga lainnya hanya bisa menunggu janji. Pemerintah sempat mewacanakan pengurukan bekas tambak tersebut untuk dijadikan fasilitas umum.
“Katanya mau di uruk buat sekolah atau puskesmas, tapi sampai sekarang nggak ada kabarnya,” tandas perempuan yang sehari-hari mengurus rumah tangga tersebut. (*)
Editor: Elly Amaliyah