“Ini menjadi tugas pemerintah. Gubernur, DPRD, agar mereka bisa berpenghasilan cukup. Ini yang sulit. Selain pemerintah memberi ruang, warga juga harus membuka pikiran agar jangan menyerah. Harus berusaha bagaimana agar tiap hari berpenghasilan. Sebab jika mengandalkan bansos berapapun, tentu akan habis,” paparnya.
BACA JUGA: Ketua DPRD Jateng Sumanto Ikut Panen Raya Jagung Serentak di Karanganyar
Semetara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, Endi Faiz Effendi mengatakan, dari sekitar 9,47 persen angka kemiskinan Jawa Tengah, sebagian besar ada di masyarakat pesisir. Mereka yang punya mata pencaharian sebagai nelayan ini bahkan masuk kategori kemiskinan ekstrem. Endi mengungkap ada beberapa faktor penyebabnya. Yaitu dari sisi gaya hidup dan kurangnya sarana prasarana dasar di wilayah pesisir.
“Salah satu sebabnya, mereka tak terbiasa saving. Saat masa paceklik jual barang sehingga manajemen keuangannya kurang bagus,” katanya.
Selain itu, masyarakat juga kurang mampu mendekat ke sumber pendapatan, pendidikannya rendah, biaya operasional nelayan untuk melaut besar, serta kurangnya sara prasarana dasar seperti air terbatas, dan sampah menumpuk.
“Upaya yang kami lakukan dengan membangun kawasan higienis di pesisir. Membangun rumah higienis, dekatkan BBM pada nelayan sehingga biaya operasinal berkurang, serta meningkatkan pendapatan dengan memberikan skill,” paparnya. (*)













