Beruntung tidak ada korban jiwa dalm peristiwa tersebut, namun kerugian diperkirakan mencapai delapan puluh juta rupiah.
“Penyebabnya adanya erosi. Air dari hutan langsung ke desa. Sedangkan embung Jurangjero, tidak pernah di nolmalisasi oleh Pamali Juwana, sehingga terjadi endapan Sedimen. Akibatnya embung tidak bisa menampung air hujan dan meluap,” ungkap Suyatman.
Ia berharap agar embung segera di normalisasi agar bisa menampung air, dan dapat digunakan oleh masyarakat. Agar tidak terjadi banjir lagi. (*)
Editor: Elly Amaliyah