Interaksi Shella dengan dua adiknya, Lidya (Yasamin Jasem) dan Dide (Shakeel Fauzi), terasa alami dan mengalir tanpa kesan dibuat-buat.
Setiap percakapan, canda, pertengkaran kecil, hingga tangisan bersama tampil dengan detail yang membuat penonton seolah menyaksikan kehidupan keluarga sungguhan, bukan sekadar adegan film.
Kehangatan ini menjadi dasar emosional yang kuat, membuat rasa kehilangan dalam cerita terasa semakin menyentuh.
Meski bertema haru, film ini tidak hanya berisi kesedihan. Kehadiran geng ibu-ibu kompleks dan abang odong-odong yang menghadirkan TJ Ruth, Siti Fauziah, dan Onad memberikan sentuhan humor yang menyegarkan.
Mereka hadir sebagai sosok cerewet dan suka bergosip, namun justru menambah warna dan kehangatan khas kehidupan di perumahan Indonesia ramai, usil, tapi sebenarnya penuh kepedulian.
Unsur komedi ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga memperkuat kesan realistik dari cerita.
Hubungan Albi dengan sang mamak (diperankan Tika Panggabean) menjadi sisi emosional lain yang menarik.
Sosok ibu yang penuh kasih, memberi kebebasan sekaligus kepercayaan kepada anaknya untuk tumbuh dan bertanggung jawab, menambah kedalaman karakter Albi.
Film Bioskop 2025
BACA JUGA: Tayang Sebentar Lagi, Begini Review Film Pangku yang Siap Hadir di Bioskop 2025
Hubungan keduanya menggambarkan bentuk kasih sayang yang lembut dan penuh pengertian.
Arbani Yasiz dan Mawar Eva de Jongh menampilkan chemistry yang tulus dan hangat.
Mereka berhasil menggambarkan cinta yang hadir melalui diam, tatapan, dan keberanian untuk tetap bertahan meski perpisahan tak terelakkan.
Sampai Titik Terakhirmu bukan sekadar kisah romantis, melainkan refleksi tentang ketulusan dan kesetiaan dalam menemani seseorang hingga akhir.
Film ini hangat, jujur, dan menyentuh perasaan bagi siapa pun yang pernah mencintai, kehilangan, atau berjuang untuk bertahan di tengah rasa sakit.
Kisah ini akan terasa sangat dekat sebuah cerita yang menemukan maknanya di titik terakhir, bukan hanya di akhir perjalanan. (*)












