“Kalo santri putra, ada yang diejek sampai berkelahi, mudah selesai rukun kembali. Sedangkan santri putri, diejek temannya, bisa ngambek tak mau mengaji berhari-hari bahkan memutuskan keluar dari pondok pesantren,” tutur istri Kyai Mujibur Rachman Ma’mun Kajen, Pati ini.
Dia menambahkan, terkadang ditemukan santri putri melanggar aturan atau nakal misalnya, mengatasinya tidaklah mudah. Bisa tidak mempan ditakzir (diberi sanksi oleh pengurus). Harus memakai pendekatan khusus yang hanya bisa dilakukan oleh wanita kepada wanita, ibu kepada putrinya.
“Santri putri bermasalah di pondok, kerapkali setelah ditelusuri sumber masalah awalnya dari rumah, karena bapak dan ibunya tidak rukun atau broken home begitu. Disitulah kemudian Bu Nyai ikut serta berperan mengisi kekosongan untuk santri putri yang merasa kehilangan kasih sayang orang tuanya,” tutur Yannah, Senin (7/11/2022).
Dia membeberkan, Silatnas III ini juga akan dimeriahkan pameran produk usaha kecil baik berupa makanan, minuman, desain pakaian muslimah, dan jilbab hasil karya para pengasuh perempuan pesantren.
Dari bazar dan pameran perempuan pesantren tersebut diharapkan akan menjadi awal yang baik sehingga terjalin program berkelanjutan bagi ekonomi kreatif mandiri perempuan pesantren dibawah naungan RMI NU. Sehingga itu dianggap bagian penting untuk penguatan ekonomi kreatif yang perlu dibahas dalam salah satu Halaqoh yang ada dalam rangkaian Silatnas 3 Bu Nyai Nusantara. (*)
editor: ricky fitriyanto