Melalui SOS 2025, panitia berupaya menjembatani jarak antara budaya tradisional dan gaya hidup generasi muda yang kini lekat dengan tren digital. Format acara yang dikemas dinamis dan interaktif membuktikan bahwa melestarikan budaya tak harus kaku dan membosankan.
BACA JUGA: Revitalisasi Budaya, Sumanto Ajak Masyarakat Teladani Nilai Positif di Lakon Wayang Kulit
“Sekarang kan banyak Gen Z yang lebih suka joget TikTok atau tren Barat. Nah, lewat acara ini, kami ingin nunjukin kalau budaya Indonesia juga bisa jadi tren masa kini,” ujarnya.
Malam semakin larut, namun antusiasme penonton tak surut. Sorotan lampu panggung memantul di wajah-wajah muda yang tersenyum menikmati setiap pertunjukan. Tarian tradisional, musik etnik, dan aroma kuliner berpadu dalam satu harmoni, sebuah simfoni sosial yang menghidupkan kembali semangat cinta budaya di tengah kampus modern.
“Aku pengin ngenalin bahwa Indonesia itu punya banyak banget tarian dan budaya yang enggak kalah keren sama tren luar negeri. Aku ingin anak muda tahu, budaya kita juga bisa hits dan bahkan bisa go international,” pungkas Fetiyana. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi