SEMARANG, beritajateng.tv – Ribuan mahasiswa serta jobseeker atau pencari kerja memadati Undip Citra Jobfair yang berlangsung di Auditorium Imam Barjo, Undip, Kamis, 6 Februari 2025.
Dengan berpenampilan rapi dan membawa map kertas berisikan berkas-berkas diri, mereka rela berdesak-desakan demi mencari lowongan kerja (loker).
Salah satu pelamar kerja, Salsabila Rahmah, mencoba peruntungan dengan bergabung di event job fair ini. Alumni Biologi Undip itu membawa berkas curriculum vitae (CV) yang akan ia pakai untuk melamar kerja.
Sayangnya, dari puluhan perusahaan yang ada di job fair itu, hanya satu yang sesuai dengan jurusan kuliahnya.
“Cuma ada satu di perusahaan yang cocok sama jurusan kuliah, jadi ya daftar ke itu saja,” ungkapnya kepada beritajateng.tv.
Sejak lulus pada Oktober 2024 lalu, Rahmah masih berjuang mencari pekerjaan. Salah satu ikhtiarnya yaitu dengan mengikuti event job fair semacam ini.
“Lulus dari bulan Oktober, ikut job fair harapannya bisa dapat kerja. Tapi tadi belum sempat ikut interview karena kuotanya penuh,” kata Rahmah.
Hal berbeda diungkap oleh Nurhayati. Dara berusia 24 tahun itu mencoba mencari kerja meski belum lulus kuliah. Fenomena anak muda yang sulit mencari kerja ternyata menghantui dirinya. Ia ingin “curi start” mencari kerja di tengah masa skripsinya.
“Ya masih skripsi ini tapi pengin cari kerja, biar nanti enggak nganggur,” ungkap mahasiswi jurusan Sastra Jepang Undip itu.
Tiga alasan mengapa Gen Z susah cari kerja
Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Nugroho Sumarjiyanto Benedictus, mengakui adanya fenomena generasi muda atau gen Z yang susah mendapatkan pekerjaan.